Jumat, 05 Juni 2015

Asslamualaikum warahmatulahi wabarakatuh
TUGAS  MENGETIK BUKU TEORI SOSIOLOGI MODRN
BAB 8


Kelompok 8
Anggota:
La ode Rizal / c1b1 12138
Thamrin / c1b2 12010
Jamal mirda/ c1b2 12 004

TEORI PERTUKARAN, TEORI JARINGAN, DAN TEORI PILIHAN RASIONAL

Pada bab in perhatian dipusatkan pada tiga teori yang berhubungan – teori pertukaran, teori jaringan, teori pilihan rasional. Teori pilihan rasional membantu  pengembanagan teori pertukaran terutama kecenderungannya untuk  mengasumsikan aktor rasional. Tetapi teori pertukaran  masa kini terus menerus menunjukkan pengaruh teori pilihan rasional, teori pertukaran itu sendiri telah dipengaruhi oleh aliran intelektual lain dan terpecah menjadi beberapa cabang yang menempuh arah perkembangan arah sendiri-sendiri. Jadi teori pertukaran dan teori pilihan rasional masa kini jauh dari saling bertemu, satu perbedaan mendasarnya adalah bahwa teori pilihan rasional memusatkan perhatiannya pada proses pembuatan keputusan individual, sedangkan yang menjadi unit dasar analisis teoritisi pertukaran adalah hubungan sosial. Belakangan ini teoritisi pertukaran lebih banyak mencurahkan perhatian pada jaringan hubungan sosial dan perhatian ini cenderung menghubungkan mereka dengan teori jaringan itu sendiri. Teori jaringan memiliki kesamaan dengan teori pilihan rasional, walaupun teori tersebut menolak asumsi rasionalitas dalam perilaku manusia (Mizruchi, 1994). Umumnya, dan tak seperti teori – teori yang dibahas di dua baba terdahulu, ketiga teori tersebut sama- sama berorentasi positivistik.

Teori Pertukaran
            Kita mulai dengan mengikuti Molm dan Cook (1995; cok dan rice 2001) Yang meninjau sejarah perkembangan teori pertukaran, dimulai dengan akarnya di dalam behaviorisme.
Behaviorisme
Behaviorisme yang sangat terkenal dalam psikologi, berpengaruh langsung terhadap sosiologi perilaku  (Bushell dan Burgess, 1969; Baldwin dan Baldwin 1986) dan berpengaruh tak langsung terutama terhadap teori pertukaran. Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh seorang aktor terhadap lingkungan dan dampak lingkungan terhadap perilaku aktor. Hubungan ini adalah dasar untuk pengondisian operan atau proses belajar yang melaluinya  “perilaku diubah oleh konsekuensinya” (Baldwin dan Baldwin, 1986:b). Orang mungkin mengira perilaku ini berawal dimasa anak – anak, sebagai perilaku acak. Lingkungan tempat munculnya perilaku, entah itu berupa fisik atau sosial, dipengaruhi oleh perilaku dan selanjutnya “bertindak” kembali dalam berbagai cara. Reaksi ini, entah positif, negatif, atau netral, mempengaruhi perilaku aktor selanjutnya. Bila reaksi telah menguntungkan aktor, perilaku yang sama akan diulangi di masa depan dalam situasi serupa. Bila reaksi menyakitkan atau menyiksa aktor maka perilaku itu kecil kemungkinannya terjadi dimasa depan. Sosiolog perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara sejarah reaksi lingkungan atau akibat dan sifat perilaku kini. Sosiolog mengatakan bahwa akibat masa lalu perilaku tertentu menentukan perilaku masa kini. Dengan mengetahui apa yang menyebabkan perilaku tertentu dimasa lalu, kita dapat meramalkan apakah aktor akan menghasilkan perilaku yang sama dalam situasi kini.
Sosiolog perilaku sangat tertarik pada hadiah atau penguat dan ongkos atau hukuman. Hadiah ditentukan oleh kemampuannya memperkuat perilaku, sedangkan biaya mengurangi kemungkinan perilaku. Behaviorisme pada umumnya, dan gagasan tentang hadiah dan biaya pada khususnya, besar pengaruhnya terhadap teori pertukaran awal.
Teori Pilihan Rasional
Prinsip dasar teori pilihan rasional berasal dari ekonomi neoklasik (juga utilitarianisme dan teori permainan; Levi et al,. 1990; lindenberg, 2001). Bedasarkan berbagai jenis model yang berbeda, friedman dan hechter (1988) menghimpunapa yang mereka sebut sebagai model  “kerangka” teori pilihan rasional.
Teori pilihan rasional memusatkan pilihan pada aktor. Aktor dipandang sebagai manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor mempunyai tujuan dan tindakannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuannya itu. Aktorpun dipandang mempunyai pilihan (atau nilai kepeluan). Teori pilihan rasional tak menghiarukan apa yang menjadi pilihan atau apa yang menjadi sumber pilihan aktor. Yang penting adalah kenyataan bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan pilihan aktor.
Meski teori pilhan rasional berawal dari tujuan dan maksud aktor, namun teori ini memperhatikan sekurang – kuarangnya dua pemaksa tindakan. Pertama adalah keterbatasan sumber. Aktor mempunyai sumber yang berbeda maupun akses yang berbeda terhadap  sumber daya yang lain. Bagi aktor yang mempunyai sumber daya yang besar pencapaian tujuan mungkin relatif mudah. Tetapi, bagi aktor yang mempunyai sumber yang sedikit, pencapaian tujuan mungkin sukar atau mustahil sama sekali.
Berkaitan keterbatasan sumber daya ini adalah pemikiran tentang biaya kesempatan (opportunity cost) atau “biaya yang berkaitan dengan rentetan tindakan berikutnya yang sangat menarik namun tak jadi dilakukan” (Friedman dan Hechter, 1988:202). Dalam mengejar tujuan tertentu aktor tentu memperhatiakan biaya tindakan berikutnya yang sangat menarik yang tak jadi dilakukan itu. Seorang aktor mungkinmemilih tidak memilih tidak mengejar tujuan yang bernilai sangat tinggi bila sumber dayanya tak memadaia, bila peluang untuk mencapai tujuan itu mengancam peluangnya untuk mencapai tujuan berikutnya yang sangat bernilai. Aktor dipandang mencapai keuntungan yang maksimal, dan  tujuan mungkin meliputi penilaian gabungan antar peluang untuk mencapai tujuan utama dan apa yang telah dicapai pada peluang yang tersedia untuk mencapai tujuan yang kedua yang paling bernilai.
Sumber pemaksa kedua atas tindakan aktor individual adalah lembaga sosial. Seperti yang dinyatakan Friedman dan Hechter aktor individual biasanya akan: merasakan tindakannya diawasi sejak lahirnya hingga mati oleh aturan keluarga dan sekolah; hukum dan peraturan; kebijakan tegas; gereja; sinagoge dan masjd; rumah sakit dan perkuburan. dengan membatasi rentetan tindakan yang boleh dilakukan individu, dengan dilaksanakannya aturan permainan – meliputi norma, hukum, agenda dan pemungutan suara – secara sistematis mempengaruhi akibat sosial (Friedman da Hechter, 1988:202).
Hambatan kelembagaan ini menyediakan baik sanksi positif maupun sanksi negatif yang membantu mendorong aktor untuk melakukan tindakan tertentu dan menghindarkan tindakan yang lain.
Friedman dan hechter mengemukakan dua gagasan lain yang menjadi dasar teori pilihan rasional. Pertama adalah kumpulan mekanisme atau “proses yang menggabungkan tindakan aktor individual yang terpisah untuk menghasilkan akibat sosial” (1988:202). Kedua bertambahnya pengertian tentang pentingnya informasi dalam membuat pilihan rasional. Suatu ketika diasumsikan bahwa aktor mempunyai informasi yang cukup untuk membuat pilihan diantara berbagai peluang tindakan yang terbuka untuk mereka. Tetapi, aktorpun makin mengenal bahwa kuantitas atau kualitas informasi yang tersedia sangat berubah – ubah dan perubahan itu sangat mempengaruhi aktor (Heckathorn, 1997).
Teori pertukaran George Homans
   Inti teori Homans terletak pada sekumpulan proposisi fundamental. Meski beberapa proposisinya menerangkan setidaknya dua individu yang berinterksi, namun ia dengan hati – hati menunjukan bahwa proposisi itu berdasarkan prinsip psikologis. Menurut Homans proposisi itu bersifat psikologis karena dua alasan pertama proposisi itu biasanya dinyatakan dan diujisecara empiris oleh orang yang menyebut dirinya sebagai psikolog. Kedua dan yang lebih penting proposisi itu bersifat psikologis karena menerangkan fenomena individu dalam masyarakat: “ proposisi itu lebih mengenai prilaku manusia individual daripada kelompok atau masyarakat; dan perilaku manusia sebagai manusia umumnya dianggap menjadi bidang kajian psikolog”. Atas pemikirannya ini homans mengakui telah menjadi – kasarnya – seorang reduksionis psikologi  (1974: 12). Reduksionisme nenurut Homans adlah “proses yang menunjukkan bagaimana proposisi yang disebut satu ilmu  (dalam hal ini sosiologi) logikanya berasal dari proposisi yang lebih umum yang disebut ilmu lain (dalam hal ini psikologi)” (1984:338)
Walaupun Homans membahas prinsip psikolgis, namun ia tak membayangkan individu dalam keadaan terisolasi. Ia mengakui bahwa manusia adalah mahluk sosial dan menggunakan sebagian besar waktu mereka berinteraksi dengan manusia lain. Ia mencoba menerangkan perilaku sosial dengan prinsip – prinsip psikologi: “pendiriannya adalah bahwa proposisi umum psikologi terhadap perilaku manusia tidak berubah karena akibat interaksi lebih berasal dari manusia lain ketimbang dari lingkungan fisik. Homans tidak menolak pendirian Durkheim yang menyatakan interaksi menimbulkan sesuatu yang baru. Ia malah menyatakan bahwa ciri – ciri yang baru muncul itu dapat dijelaskan dengan prinsip psikologi. Untuk menjelaskan fakta sosial tak diperlukan proposisi sosiologi yang baru sebagai contoh ia menggunakan konsep sosiologi tentang norma.
Contoh besar fakta sosial adalah norma sosial dan norma kelompok yang pasti memaksakan kecocockkan perilaku terhadap banyak orang. Persoalannya bukanlah keberadaan paksaan tetapi penjelasannya.....norma tidak secara otomatis memaksa; individu menyesuaikan diri, jika mereka berbuat demikian karena mereka merasa mendapatkan keuntungan dengan menyesuaikan diri itudan psikologilah yang menjelaskan pengaruh perilaku yang dianggap menguntungkan (Homans, 1967:60).
Dalam sejumlah publikasi Homans merinci program untuk “mengembalikkan orang ke dalam “ sosiologi tetapi iapun mencoba mengembangkan sebuah teori yang memusatkan perhatian pada psikologi, manusia dan bentuk – bentuk mendasar kehidupan sosial”. Menurut Homans, teori ini “membayangkan perilaku sosial sebagai pertukaran aktivitas,nyata atau tak nyata, dan kurang lebih sebagai pertukarana hadaiah atau biaya, sekurang – kurangnya ada dua orang” (1961:13).
Sebagai contoh Homans mencoba menjelaskan perkembangan industri tekstil yang digerakkan tenaga mesin, dan kemudian revolusi industri, melalui prinsip psikologis bahwa orang mungkin bertindak dengan cara seperti meningkatkan hadiah untuk mereka. Lebih umum lagi, dalam teori pertukaran versinya ini, ia mencoba menjelaskan perilaku sosial mendasar dilihat dari sudut hadiah dan biaya. Ia sebagian termotivasi oleh teori strutural fungsional dari teman dan koleganya, parson. Ia menyatakan, teori struktural fungsional “memiliki kebaikan apa saja kecuali dalam menjelaskan sesuatu” (Homans 1961:10). Menurut Homans, fungsionalis struktural tak lebih sekedar menciptakan skema dan kategori konseptual. Ia mengakui bahwa sosiologi ilmiah sekumpulan proposisi umum tentang hubungan antara kategori – kategori itu, karena tanpa proposisi demikian maka penjelasan adalah mustahil. “tak ada penjelasan tanpa proposisi “ (1974:10). Karena itu Homans bertekad mengembangkan proposisi yang memusatkan perhatian pada level psikologi; ini menjadi landasan teori pertukaran.
Dalam sosial behavior ; is elementari forms (1961, 1974), Homans menyatakan bahwa teori pertukarannya berasal dari psikologi perilaku dan ilmu ekonomi dasar (teori pilihan rasional). Sebenarnya Homans (1984) menyesal menamakan teorinya sebagai “teori pertukaran” karaena ia melihatnya sebagai penerapan psikologi perilaku pada situasi khusus. Homans memulai dengan membahas paradigma perilaku  B. F. Skinner, khususnya tentang burung merpati Skinner.
Bayangkan seekor merpati segar atau naif berada dalam sangkarnya di laboratorium. Salah satu ciri perilaku bawaannya sejak lahir yang digunakannya untuk menyelidiki lingkungannya adalah paruhnya. Ketika merpati itu mematuk kesana kemari dalam sangkar, patukannya mengenai sebuah sasaran merah bundar, dan saat itu psikolog yang menungguinya atau mungkin sebuah mesi otomatis memberinya makan dengan butiran padi. Faktanya adalah bahwa kemungkinan merpati itu mengulangi perilakunya kembali – kemungkinannya merpati itu tak hanya sekedar mematuk – matuk , tetapi mematuk sasaran merah bundar – akan meningkat. Dalam bahasa sederhana dapat dikatakan merpati itu telah belajar mematuk target karena dengan perilaku demikian ia mendapatkan hadiah (Homans, 1961:18).
Skinner tertarik pada contoh perilaku merpati ini; Homans memperhatikan perilaku manusia. Menurut Homans, merpati skinner tidak terlibat dalam hubungan pertukaran yang sebenarnya dengan psikolog yang menelitinya. Merpati itu hanya terlibat dalam hubungan  pertukaran satu pihak, sedangkan pertukaran manusia sekurang – kurangnya melibatkan dua pihak. Merpati diperkuat oleh biji, sedangkan psikolog sebenarnya tidak diperkuat oleh patukan merpati. Merpati melanjutkan jenis hubungan yang sama dengan psikolog sebagaimana ia akan melanjutkan hubungan dengan  lingkungan fisik. Karena tak ada hubungan timbal balik, Homans mendefinisikan hubungan demikian sebagai perilaku individual. Homans menyarahkan studi perilaku itu kepada psikolog, dan ia mendesak agar sosiolog harus mempelajari perilaku sosial “ dimana aktivitas paling tidak dua ekor binatang saling menguatkan  (atau menghukum) aktivitas pihak lain dan dengan salin mempengaruhi (1961:30). Menurut Homans, yang penting adalah bahwa tak diperlukan proposisi baru untuk menjelaskan perbedaan perilaku sosial dan perilaku individual. Hukum perilaku individual seperti yang dikembangkan skinner dalam studinya tentang merpati akan menerangkan perilaku sosial selama kita memperhatikan komplikasi penguatan mutualnya. Homans mengakui bahwa dengan berat hati akhirnya ia terpaksa meninggalkan prinsip yang berasal dari skinner.
Dalam karya teoritisnya, Homans membatasi diri pada interaksi sosial dalam kehidupan sehari – hari. Namun, jelas ia yakin bahwa sosiologi yang dibangun berdasarkan prinsip yang dikembangkannya akhirnya akan mampu menerangkan semua perilaku sosial.dalam hal ini Homans menggunakan contoh jenis hubungan pertukaran yang menjadi sasaran perhatiannya:
Bayangkan dua orang yang sedang melakukan pekerjaan tulis menulis di sebuah kantor. Menurut paraturan kantor, masing – masing harus mengerjakan pekerjaanya sendiri – sendiri atau bila memerlukan bantuan ia harus berkonsultasi dengan pengawas. salah seorang diantaranya, sebut saja person, tak begitu terampil bekerja dan hanya akan dapat bekeja lebih baikdan lebih cepat bila ia mendapat bantuan dari waktu ke waktu. Meski peraturan kantor membolehkan, ia enggan berkonsultasi dengan pengawas karena dengan mengakui ketidak mampuannya dapat merugikannya untuk peluang promosi. Malahan ia mencari orang lain,sebut saja Dicki, untuk meminta bantuannya. Dicki lebih berpengalaman bekerja ketimbang person. Dicki dapat mengerjakan pekerjaanya dengan baik dan cepat dan melewatkan waktu istrahat dan mempunyai alasan untuk mengira bahwa pengawas takkan memeriksa pelanggaran peraturan yang dibuatnya. Dicki membantu person dan imbalannya person menyatakan terima kasihdan persetujuannya kepada Dicki. Kedua orang itu telah bertukar bantaun dan persetujuan (Homans, 1961:13-32).
Dengan memusatkan pada jenis siuasi ini dan dengan mendasarkan pemikirannya pada temuan Skinner, Homans mengembangkan beberapa proposisi.
Proposisi suksse (the sukses proposition)         
Untuk semua tindakan yang dilakukan seseorang, semakin sering tindakan khusus seseorang diberi hadiah, semakin besar kemungkinan orang melakukan tindakan itu (Homans, 1974:16).   
  Dilihat dari contoh person-Dicki dalam situasi kantor yang dikemukakan Homans diatas, proposisi ini berarti orang makin besar kemungkinanya untuk meminta nasihat orang lain jika ia dimasa lalu telah menerima hadiah berupa nasihat yang berguna. Selanjutya semakin sering orang menerima hadiah yang berguna dimasa lalu makin sering ia meminta nasihat. Begitu pula, orang lain makin ingin memberi nasihat dan makin sering memberi nasihat jika ia telah sering menerima hadiah barupa persetujuan dimasa lalu. Umumnya perilaku  yang sesuai dengan proposisi keberhasilan meliputi tiga tahap : pertama, tindakan orang: kedua, hadiah yang dihasilkan: ketiga perulangan tindakan asli atau sekurangnya tindakan yang serupa dalam hal tertentu.
Ada beberapa hal yang ditetapkan Homans mengenai proposisi sukses. Pertama, meski umumnya benar bahwa makin sering hadiah diterima menyebabkan makin sering tindakan dilakukan, namun pembahasan ini, tak dapat berlangsung tanpa batas. Disaat tertentu individu benar – benar  tak dapat bertindak seperti itu sesring mungkin. Kedua makin pendek jarak waktu antara perilaku dan hadiah, makin besar kemungkinan orang mengulangi perilaku. Sebaliknya makin lama jarak waktu antara perilaku dan hadiah makin kecil kemungkinan orang mengulangi perilaku. Ketiga, menurut Homans, pemberian hadiah secara intermiten lebih besar kemungkinannya menimbulkan perulangan perilaku ketimbang menimbulkan hadiah yang teratur. Hadiah yang teratur menimbulkan kebosanan dan kejenuhan, sedangkan hadiah yang diterima dalam jarak waktu yang tak teratur (seperti dalam perilaku perjudian ) sangat mungkin menimbulkan perulangan perilaku.
Proposisi pendorong (the stimulus proposition) 
Bila dalam kejadian masa lalu dorongan tertentu atau sekumpulan dorongan telah menyebabkan tindakan orang diberi hadiah, maka makin serupa dorongan kini dengan dorongan di masa lalu, makin besar kemungkinan orang yang melakukan tindakan serupa (Homans, 1974:23).
Mari kita lihat situasi kantor Homans kembali. Bila dimasa lalu person dan dicki menyadari pemberian dan penerimaan hadiah nasihat, maka mereka mungkin akan terlibat dalam tindakan serupa dalam situasi yang sama di masa datang. Homans mengemukakan satu contoh kejadian yang lebih sederhana: “pemancing yang melemparkan kailnya kedalam kolam yang keruh dan berhasil menangkap seekor ikan, akan lebih suka memancing di kolam yang keruh kembali” (1974:23).
Homans tertarik pada proses generalisasi dalam arti kecenderungan memperluas perilaku keadaan yang serupa. Dalam contoh mengail, satu aspek generalisasi dapat mendorong dari mengail dikolam yang keruh ke mengail di kolam manapun dengan derajat kerindangan tertentu. Begitu pula keberhasilan menangkap iakn mungkin dapat mendorong orang dari satu cara mengail ke cara mengail yang lain (sebagai contoh dari mengail disungai ke mengail di laut) atau mendorong orang dari mengail ke berburu. Tetapi proses diskriminasi juga penting. Artinya, aktor mungkin hanya akan mengail dalam keadaan khusus yang terbukti dimasa lalu. Bila kondisi yang menghasilkan kesuksesan itu terjadi terlalu ruwet maka kondisi serupa mungkin tidak akan menstimulasi perilaku. Bila stimuli krusial muncul terlalu lama sebelum perilaku diperlukan maka stimuli itu benar – benar tak dapat merangsang perilaku. Aktor dapat menjadi terlalu sensitif terhadap stimuli terutama stimuli itu sangat bernilai bagi aktor. Kenyataanya aktor dapat menanggapi stimuli yang tak berkaitan, setidaknya hingga situasi diperbaiki melalui kegagalan berulang kali. Semuanya ini dipengaruhi oleh kewaspadaan atau derajat perhatian individu terhadap stimuli.
Proposisi nilai (the value proposition)  
Makin tinggi nilai hasil tindakan seseorang bagi dirinya, makin besar kemungkinan ia melakukan tindakan itu (Homans, 1974:25)
Dalam contoh kantor diatas, bila hadiah yang diberikan msing – masing kepada orang lain amat berniali maka makin besar kemungkinan aktor melakukan tindakan yang diinginkan ketimbang jika hadiahnya tak bernialai. Disini Homans memperkenalkan konsep hadiah dan hukuman. Hadiah adalah tindakan dengan nilai positif, makin tinggi nilai hadiah, makin besar kemungkinan mendatangkan perilaku yang diinginkan. Homans menemukan bahwa hukuman merupakan alat yang tak efisien untuk membujuk orang mengubah perilaku mereka karena orang dapat bereaksi terhadap hukuman menurut cara yang tak diinginkan. Sebenarnya lebih baik tak memberikan hadiah terhadap perilaku yang tak diinginkan; perilaku demikian akhirnya akan dihentikan. Hadiah jelas lebih disukai, tetapi persediaannya mungkin sangat terbatas. Homans menjelaskan bahwa teorinya sebenarnya bukanlah teori hedonitis, hadiah dapat berupa materi (uang misalnya) atau altruistis (membantu orang lain).
Proposisi deprivasi-kejemuan (the deprivation-satiationproposition)
Makin sering sesorang menerima hadiah khusus dimasa lalu yang dekat, makin kurang berniali baginya setiap unit hadiah berikutnya. (Homans, 1974 : 29)
Di kantor person dan dicki mungkinsangat sering saling memberi dan menerima hadiah nasihat sehingga hadiah itu menjadi tak bernilai. Dalam hal ini waktu adalah penting; orang kecil kemungkinannya akan jenuh bila hadiah tertentu pemberiannya dibagi jangka panjang.
Dalam hal ini Homans mendefenisikan dua konsep penting lainnya: biaya dan keuntungan. Biaya tiap perilaku didefenisikan sebagai hadiah yang hilang karena tak jadi melakukan sederetan tindakan yang direncanakan. Keuntungan dalam pertukaran sosial dilihat sebagai sejumlah hadiah yang lebih besar yang diperoleh atas biaya yang dikeluarkan. Yang terakhir ini menyebabkan Homans menyusun kembali proposisi kerugian-kejemuan sebagai berikut: “makin besar keuntungan yang diterima seseorang sebagai hasil tindakannya, makin besar kemungkinan ia melaksanakan tindakan itu” (1974:31).
Proposisi persetujuan-agresi (the aggression-approval proposition)
Proposisi A: bila tindakan orang tak mendapatkan hadiah yang ia harapkan atau menerima hukuman yang tidak ia harapkan, ia akan marah; besar kemungkianan ia akan melakukan tindakan agresif dan akibatnya tindakan tersebut akan bernilai baginya.
Dalam kasus kantor diatas, bila person tak mendapatkan nasihat yang ia harapkan dan Dicki tidak menerima pujian yang ia harapkan, keduanya mungkin akan marah. Kita kaget menemukan konsep frustasi dan marah dalam karya Homans karena konsep itu rupanya mengacu pada keadaan mental. Homans menambhakan: “bila seseorang tak mendapatkan yang ia harapkan ia dikatakan menjadi kecewa, frustasi. Pengamat behaviorisme yang mempertahankan kemurnian bahasa, sama sekali tak akan mengacu pada keadaan mental”. (1974:31). Homans lalu menyatakan bahwa frustasi terhadap harapan seperti itu, tak selalu hanya mengacu pada keadaan inernal. Kekecewaan dapat pula mengacu pada peristiwa eksternal, yang tak hanya dapat diamati oleh person saja tetapi juga oleh orang lain.  
Proposisi A tentang persetujuan-agresi, hanya mengacu pada emosi negatif sedangkan proposisi B menerangkan emosi yang lebih positif :
Proposisi B: bila tindakan seseorang menerima hadiah yang ia harapkan terutama hadiah yang lebih besar daripada yang ia harapkan, atau tidak menerima hukuman yang ia bayangkan, maka ia akan puas; ia makin besar kemungkinannya melaksanakan tindakan yang disetujui dan akibat tindakan seperti itu akan makin bernilai baginya (Homans, 1974:39).
Misalnya, dikantor, ketika person mendapat nasehat yang diharapkan dan yang lainnya mendapat pujian yang dia harapkan, keduanya akan puas dan lebih mungkin memberi atau menerima nasehat. Nasehat dan pujian menjadi lebih berharga bagi masing – masing pihak. 
Proposisi rasionalitas (the rationality proposition)
Dalam memilih diantara yang berbagai tindakan alternatif, seseorang akan memilih satu diantaranya, yang dia anggap saat itu memiliki value sebagai hasil, dikalikan dengan probabilitas, untuk mendapatkan hasil yang lebih besar (Homans, 1974:43)
Proposisi terdahulu sangat dipengaruhi oleh behaviorisme sedangkan proposisi rasionalitas sangat jelas dipengaruhi oleh teori pilihan rasional. Menurut istilah ekonomi, aktor yang bertindak sesuai dengan proposisi rasionalitas adalah yang memaksimalkan kegunaanya.
Pada dasarnya orang meneliti dan membuat kesimpulan mengenai berbagai alternatif tindakan yang terbuka bagi mereka. Mereka membanding – bandingkan jumlah hadiah yang berkaitan dengan setiap bagian tindakan. Merekapun memperhitungkan kemungkinan hadiah yang benar – benar akan mereka terima. Hadiah yang bernilai tinggi akan diturunkan nilainya jika aktor mengira bahwa mereka tak mungkin mencapainya. Sebaliknya, hadiah yang bernilai rendah akan ditingkatkan jika aktor membayangkan hadiah itu dapat dicapai dengan mudah. Jadi, ada interaksi antara nilai dari hadiah dan kemungkinan untuk mencapainya. Hadiah yang sangat diinginkan bukanlah hadiah yang sangat bernilai dan yang tak mungkin dicapai.
Homans menghubungkan proposisi rasionalitas dengan proposisi kesuksesan, dorongan dan nilai. Proposisi rasionalitas menerangkan kepada kita bahwa apakah orang akan melakukan tindakan atau tidak tergantung pada persepsi mereka mengenai peluang sukses. Tetapi apa yang menentukan persepsi ini? Homans menyatakan, persepsi mengenai apakah peluang sukses tinggi atau rendah ditentukan oleh kesuksesan dimasa lalu dan kesamaan situasi kini dengan situasi kesuksesan dimasa lalu. Proposisi rasionalitas juga tak menjelaskan kepada kita mengapa seorang aktor menilai satu hadiah tertentu lebih daripada hadiah yang lain; untuk menjelaskan ini kita memerlukan proposisi nilai. Dalam semua yang disebutkan diatas, Homans menghubungkan prinsip rasionalnya dengan proposisi behavioristiknya.   
  Akhirnya teori Homans dapat disingkat menjadi pandangan tentang aktor sebagai pencari keuntungan yang rasional. Namun, teori mengandung kelemahan disegi keadaan mental (Abrahamson,1970; Micthell 1978) dan disegi struktur berskala luas (Ekeh, 1974). Sebagai contoh, Homans mengakui perlunya “mengembangkan psikologi lebih lengkap lagi” (1974:45).
Meski dengan kelemahan demikian, Homans tetap menjadi pakar perilaku (behaviorist) yang berpikir dengan tegas di tingkat perilaku individual. Ia menyatakan, struktur berskala luas hanya dapat dipahami jika kita memahami perilaku sosial mendasar secara memadai. Ia berpendapat bahwa proses pertukaran adalah “identik” di tingkat individual dan kemasyarakatan, meski ia mengakui bahwa di tingkat kemasyarakatan “ cara penyatuan proses mendasar itu jauh lebih komleks” (Homans, 1974:358).

Teori Pertukaran Peter Blau
                  Tujuan Peter Blau (1964) adalah untuk  “memahami struktur sosial berdasarkan analisis proses sosial yang mempengaruhi hubungan antara individu dan kelompok. Pertanyaan mendasar adalah... bagaimana cara kehidupan tersusun menjadi struktur  sosial yang makin kompleks” (1964:2). Blau bermaksud menganalisis struktur sosial yang lebih komleks, melebihi Homans yang memusatkan perhatiannya pada bentuk – bentuk kehidupan sosial yang mendasar. Homans sudah puas bekerja di tingkat perilaku, tetapi menurut Blau pekerjaan seperti itu hanyalah sebagai alat saja untuk mencapai tujuan yang lebih besar: “tujuan utama sosiologi yang mempelajari interaksi tatap muka  adalah untuk meletakkan landasan guna memahami struktur sosial yang mengembangkan dan menimbulkan kekuatan sosial yang menandai perkembangannya itu. ” (1964:13)
                  Blau memusatkan perhatian pada proses  pertukaran yang menurutnya mengatur kebanyakan perilaku manusia dan melandasi hubungan antar individu maupun antar kelompok. Blau membayangkan empat langkah berurutan, mulai dari pertukaran antara pribadi ke struktur sosial hingga ke perubahan sosial.
Langkah 1: pertukaran atau transaksi antara individu yang meningkat ke...
Langkah2: diferensiasi status dan kekuasaan yang mengarah ke.....
Langkah3: legitimasi dan pengorganisasian yang menyebarkan bibit dari...
Langkah4: oposisi dan perubahan
                  Mikro ke Makro. Ditingkat  individual, Blau dan Homans tertarik pada proses yang sama. Tetapi, konsep pertukaran sosial Blau terbatas pada tindakan yang tergantung pada reaksi pemberian hadiah dari orang lain – tindakan yang segera berhenti bila reaksi yang diharapkan tak kunjung datang. Orang saling tertarik karena berbagai alasan yang membujuk untuk membangun kelompok  sosial. Segera setelah ikatan awal dibentuk, hadiah yang saling mereka berikan akan membantu mempertahnkan dan meningkatkan ikatan. Situasi sebaliknya pun mungkin terjadi: karena hadiah tak mencukupi, ikatan kelompok dapat melemah atau bahkan hancur. Hadiah yang dipertukarkan dapat berupa sesuatu yang bersifat intrinsik seperti cinta, kasih sayang dan rasa hormat, atau sesuatu yang bernilai ekstrinsik seperti uang dan tenaga kerja fisik. Orang yang terlibat dalam ikatan kelompok tak selalu dapat saling memberika hadiah secara setara. Bila terjadi ketimpangan dalam pertukaran hadiah, maka akan timbul perbedaan kekuasaan dalam kelompok
                  Bila satu orang membutuhkan sesuatu dari orang lain, tetapi tidak memberikan apa pun yang sebanding sebagai tukarannya, maka akan tersedia empat kemungkinan. Pertama, orang itu dapat memaksa orang lain untuk membantunya. Kedua, orang itu akan mencari sumber lain untuk memenuhi kebutuhannya. Ketiga, orang itu dapat mencoba terus bergaul dengan baik tanpa mendapatkan apa yang dibutuhkannya dari orang lain. Keempat, dan paling penting, orang itu mungkin akan menundukkan diri terhadap orang lain dan dengan demikian memberikan orang lain itu “penghargaan yang sama” dalam antar hubungan mereka. Orang lain kemudain dapat menarik penghargaan yang diberikan itu ketika menginginkan orang yang ditundukkan itu melakukan sesuatu. (alternatif yang terakhir ini jelas merupakan ciri esensial dari kekuasaan).
                  Hingga disini pendapat Blau sama dengan Homans, tetapi Blau meluaskan teorinya hingga ke tingkat fakta sosial. Contoh, ia menyatakan bahwa kita tak bisa menganalisis interaksi sosial terpisah dari struktur sosial yang melingkunginya. Struktur sosial muncul dari interaksi sosial tetapi segera setelah muncul, struktur sosial terpisah keberadaanya dan mempengaruhi proses interaksi.
                  Interaksi sosial mula – mula terjadi di dalam kelompok sosial. Individu tertarik pada satu kelompok tertentu karena merasa bahwa saling berhubungan menawarkan hadiah lebih banyak daripada yang ditawarkan kelompok lain. Karena tertarik pada satu kelompok tertentu, mereka ingin diterima. Untuk dapat diterima, mereka harus dapat menawarkan hadiah kepada anggota kelompok yang lain. Hadiah ini termasuk pemberian kesan kepada anggota kelompok dengan menunjukkan bahwa anggota yang bergabung dengan orang baru akan mendapat keuntungan. Hubungan dengan anggota kelompok akan menjadi kuat karena pendatang baru mengesankan kelompok – ketika anggota menerima hadiah yang mereka harapkan. Upaya pendatang baru untuk mengesankan anggota kelompok umumya menumbuhkan persatuan kelompok, tetapi persaingan, dan akhirnya diferensi sosial akan terjadi ketika terlalu banyak ornag mencoba saling memberikan kesan dengan kemampuan mereka menawarkan hadiah.
                  Paradoksnya disini adalah bahwa walau anggota kelompok yang berkemampuan memberikan kesan itu dapat menarik, namun ciri mereka yang mengesankan itu juga dapat menimbulkan kekhawatiran akan ketergantungan dipihak anggota kelompok yang lain dan menyebabkan mereka hanya menyatakan keterikatan dengan rasa enggan. Di tahap awal pembentukan kelompok, persaingan untuk mendapatkan penghargaan sosial dikalangan angota kelompok sebenarnya berperan sebagai tes untuk menyaring pemimpin kelompok yang potensial. Orang yang mampu memberikan hadiah yang terbaik, paling besar peluangnya untuk menempati posisi pemimpin. Orang yang kurang mampu memberikan hadiah ingin terus menerimahadiah yang ditawarkan oleh pemimpim potensial, dan ini biasanya lebih dari sebagai pengganti kerugian atas kekhawatiran mereka akan menjadi tergantung pada calon pemimpin itu. Akhirnay, individu yang lebih besar kemampuannya memberi hadiah akan tampil sebagai pemimpin dan kelompok pun terdiferensiasi.
                  Diferensiasi tak terelekkan dalam kehidupan kelompok sehingga menjadi pemimpin dan pengikut menimbulkan kebutuhan baru akan integrasi. Segera setelah mereka mengakui status pemimpin, kebutuhan pengikut akan integrasi semakin besar. Mula – mula pengikut akan memamerkan kualitas mereka yang pailng mengesankan. Kini untuk mencapai integrasi dengan anggota pengikut pemimpin mempertontonkan kelemahannya. Dalam hal ini menyatakan kepada publik bahwa tak ingin lagi menjadi pemimpin. Pencelaan diri sendiri ini menimbulkan simpati dan dukungan sosial dari pemimpin yang lain. Pemimpin (atau para pemimpin) pun terlibat dalam pencelaan dalam diri sendiri disaat ini untuk meningkatkan integrasi kelompok secara menyeluruh. Dengan mengakui bahwa orang yang berada pada posisi rendah pun adalah superior dibidang tertentu, maka pemimpin mengurangi kejengkelan bawahannya dan menunjukkan bahwa ia tidak dapat mengendalikan setiap bidang kehidupan kelompok. Jenis kekuatan ini membantu mengintegrasikan kelompok kembali meski diferensiasi status baru muncul pula.
                  Semua uraian diats mengingatkan kepada bahasan Homans tentang teori peetukaran. Namun, blau bergerak pada tingkat kemasyrakatan dan membedakan antara dua jenis sosial. Teoritisi pertukaran dan sosiolog perilaku pun mengakui kemunculan organisasi sosial, tetapi hal ini terdapat perbedaan mendasar antara Blau dan sosiolog perilaku “yang murni”. Organisasi sosial jenis pertama lahir dari pertukaran dan persaingan yang dibahas terdahulu. Dalam hal ini Blau mengakui sifat kemunculan kelompok sosial, jenis organisasi kedua tak muncul begitu saja, tetapi dengan sengaja didirikan untuk mencapai keuntungan optimal – misalnya, memproduksi barang yang dapat dijual untuk mendapatkan laba, berpartisipasi dalam turnamen bowling, terlibat dalam tawar – menawar kolektif, dan memenangkan persaingan politik. Dalam membahas kedua jenis organisasi sosial ini, Blau jelas melampaui “bentuk mendasar perilaku sosial” yang khas menjadi sasaran perhatian teoritis perilaku sosial.
                  Dalam mengamati organisasi sosial ini, Blau memusatkan perhatian pada sekelompok yang terdapat di dalamnya. Contoh ia menyatakan bahwa kelompok pemimpin dan oposisi berada dalam kedua jenis organisasi sosial itu. Pada jenis organisasi sosial pertama, kedua subkelompok itu lahir proses interaksi. Pada jenis organisasi kedua, kelompok pemimpin dan oposisi dibangun di dalam struktur organisasi. Diferensiasi antara kelompok – kelompok dalam kedua jenis organisasi sosial itu merupakan fakta yang tak terelakkan dan meletakkan landasan untuk beroposisi dan konflik dalam organisasi antara pemimpin dan pengikut.
                  Dengan bergerak melampaui  bentuk perilaku mendasar seperti yang diperhatikan Homans dan masuk kedalam struktur sosial yang kompleks, blau menyadari bahwa ia harus menyesuaikan teori pertukaran ke tingkat kemasyarakatan. Ia mengakui perbedaan esensial antara kelompok kecil dan kehidupan kolektif luas. Sebaliknya, Homans dalam upayanya menerangkan seluruh perilaku sosial menurut psikologi dasar, meminimalkan perbedaan ini.
                  Struktur sosial kompleks yang menandai kehidupan kolektif luas, secara fundamental berbeda dari struktur kelompok kecil yang lebih sederhana.struktur hubungan sosial berkembang dalam kelompok kecil selama berlangsungnya interaksi dikalangan anggotanya. Karena tak ada interaksi sosial langsung dikalangan sebagian besar anggota komunitas besar atau keseluruhan masyarakat, tentu ada mekanisme lain yang menengahi struktur hubungan sosial antara mereka (Blau, 1964:253).        
                  Pernyataan diatas memerlukan studi mendalam. Di satu pihak Blau mengesampingkan behaviorisme sebagai paradigma yang memadai untuk menjelaskan struktur sosial yang kompleks (lihat Apendiks). Di lain pihak, ia mengesampingkan  paradigma defenisi sosial karena ia menyatakan bahwa interaksi sosial dan defenisi sosial yang mengirirnginya tak terjadi secara langsung dalam organisasi sosial berskala luas. Jadi beranjak dari paradigma perilaku sosial, Blau mempersekutukan dirinya dengan paradigma fakta sosial dalam menjelaskan struktur sosial yang lebih kompleks.
                  Norma dan nilai. Menurut Blau, mekanisme yang menengahi antara struktur sosial yang komleks itu adalah Norma dan Nilai  (konsesus nilai) yang ada dalam masyarakat.
                  Kesepakatan bersama atas nilai dan  norma digunakan sebagai media kehidupan sosial dan sebagai mata rantai yang menghubungkan transaksi sosial. Norma dan nilai memungkinkan terjadinya pertukaran sosial tak langsung dan menentukan proses integrasi dan diferensiasi sosial dalam struktur sosial yang komleks dan menentukan perkembangan organisasi dan reorganisasi sosial didalamnya. (Blau, 1964:255)  
                  Ada mekanisme lain yang menengahi antara sturktur sosial, tetapi Blau memusatkan perhatian pada konsesus nilai. Menurutnya konsesus nilai mengganti pertukaran tak langsung dengan pertukaran langsung. Seorang anggota menyesuaikan diri dengan norma kelompok dan mendapat persetujuan karena penyesuaian diri itu dan mendapat persetujuan implisit karena kenyataan bahwa penyesuaian diri memberikan kontribusi atas pemeliharaan dan stabilitas kelompok. Dengankata lain, kelompok atau kolektifitas terlibat dalam suatu hubungan pertukaran dengan individu. Pendapat berbeda dari pendapat Homans yang lebih sederhana, yang menekankan pada pertukaran antar perseoranga. Blau mengemukakan sejumlah contoh pertukaran antara kolektifias dan individu yang menggantikan pertukaran antara individu dengan individu:   
Pejabat staf dalam pekerjaan mereka tidak membantu pejabat lain karena hadiah yang diterima dari mereka, tetapi karena pemberian bantuan ini adalah kewajiban resmi anggota staf dan sebagai pengganti dari pelaksana kewajiban ini mereka menerima hadiah uang (gaji) dari perusahaan.
                  Dermawan yang terorganisir menyediakan contoh lain pertukaran sosial tak langsung. Berbeda dari cara lama dimana wanita penderma yang membawa keranjangnya sambil membagi – bagikan hadiah kepada orang miskin dan langsung menerima ucapan terima kasih dan penghargaan dari mereka, dalam pemberian derma terorganisir dimasa kini tak ada kontak langsung dan pertukaran antara donor individual dan para penerima derma itu. Pengusaha kaya dan anggota kelas atas mengumpulkan derma sesuai dengan harapan normatif yang berlaku dikalangan kelas sosial mereka dan memperoleh persetujuan sosial dari kawan – kawan mereka, bukan untuk mendapatkan terima kasih dari individu yang mendapatkan manfaat dari derma yang mereka berikan (Blau, 1964:260).
                  Konsep norma menurut Blau ini mengalihkan pertukaran Blau ke tingkat pertukaran antara individu dan kolektifitas, tetapi konsep nilai mengalihkan perhatiannya ketingkat kehidupan kemasyarakatan pada skala terluas dan keuapaya menganalisis hubungan antara kolektivitas. Blau mengtakan:
Nilai bersama yang terdiri deri berbagai jenis dapat dibayangkan sebagai media transaksi sosial yang memperluas batas interaksi sosialdan struktur hubungan sosial melalui waktu dan ruang sosial. Konsesus mengenai nilai sosial menyediakan basis untuk memperluas jarak transaksi sosial melampaui batas umur manusia. Standar nilai dapat dianggap sebagai media kehidupan sosial dalam dua arti istilah itu; konteks nilai adalah medium yang mencetak bentuk hubungan sosial; dan niali bersama berfungsi menghubungkan antara kelompok dan transaksi sosial pada tingkat skala luas (Blau, 1964:263 – 264).
                  Misalnya nilai khusus (particularistic values) berfungsi sebagai media integrasi dan solidaritas. Niali ini membantu mempersatukan anggota sebuah kelompok berkenaan dengan sesuatu hal seperti patriotisme atau mengenai kualitas sekolah atau perusahaan. Nilai ini dipandang sebagai kesamaan perasaan ditingkat kolektif yang mempersatukan individu atas dasar hubungan tatap muka. Tetapi, nilai ini dapat memperluas ikatan pergaulan melampaui batas daya tarik personal belaka. Nilai partikularistik ini juga membedakan orang menjadi dua golongan , yakni yang termasuk anggota kelompok. Dengan demikian, nilai ini meningkatkan fungsi mempersatukannya.
                  Analisis Blau ini membawa kita semakin jauh dari teori pertukaran versi Homans. Individu dan perilaku individu yang terpenting bagi Homans, hampir lenyap dalam konsepsi Blau. Blau mengganti peran individu dengan berbagai jenis fakta sosial. Sebagai contoh, Blau membahs tentang kelompok, organisasi, kolektivitas, masyarakat, norma dan nilai. Analisis Blau memusatkan perhatian pada faktor yang mempersatukan unit – unit sosial pada tingkat skala luas dan faktor yang memisahkannya ke dalam bagian – bagian kecil jelas menjadi sasaran perhatian pakar fakta sosial.
                  Meski Blau menyatakan bahwa ia hanya memperluas teori pertukaran ke tingkat kemasyarakatan, dalam berbuat demikian ia membalikkan teori pertukaran  keluar dari yang diakui semula. Ia bahkan terpaksa mengakui bahwa proses pertukaran yang terjadi di tingkat kemasyarakatan berbeda secara fundamental dari proses pertukaran di tingkat individual. Dalam upaya memperluas teori pertukaran, Blau hanya mengubahnya menjadi teori tingkat makro yang lain saja. Blau rupanya menyadari bahwa teori pertukaran terutama memusatkan perhatian pada hubungan tatap muka. Akibatnya, perlu dilengkapi dengan orentasi teoritis lain yang memusatkan perhatian pada struktur makro. Blau (1987b/1994) kini secara tegas mengakuinya dan karyanya yang lebih kemudian menekankan pada tingkat makro, pada fenomena struktural.
Karya Richard Emerson dan muridnya
                  Tahun 1962 Emerson menerbitkan naskah tentang hubungan kekuasaan dan ketergantungan. Namun dua esai yang ditulistahun 1972 menandai awal tahap baru perkembangan teori pertukaran sosial (Molm dan Cook 1995:215; Cook dan Whitmeyer,2000). Molm dan cook melihat tiga tiga faktor mendasar yang mendorong perkembangan teori pertukaran sosial baru ini. Pertama, Emerson telah tertarik dengan teori pertukaran ketika menyusun naskah tentang hubungan kekuasaan dan ketergantungan. Teori pertukaran dijadikan sebagai kerangka acuan. Menurutnya, kekuasaan adalah pusat perhatian teori pertukaran sosial. Kedua, ia merasa bahwa ia dapat menggunakan behaviorisme sebagai basis teori pertukarannya, namun dengan dengan menghindarkan masalah yang telah menimpah Homans. Homans dan teoritisi pertukaran sosial lain dituduh menganggap aktor individual terlalu rasional, namun Emerson merasa dapat menggunakan behaviorisme tanpamenganggap aktor itu tanpa rasional. Emerson pun yakin ia dapat menghindarkan masalah tautologi yang menjerat Homans.
Homans meramalkan perilaku pertukaran individual dari penguatan yang diberikan oleh aktor lain, tetapi tanggapan dan penguatan tak mempunyai makna yang bebas menurut psikologi. Menurut defenisi, penguat adalah rangsangan yang mengakibatkan meningkatnya atau dipertahankannya tanggapan berulang kali (Molm dan Cook, 1995:214).
                  Emerson pun merasa dapat menghindari tuduhan sebagai penganu reduksionisme (yang dituduhkan kepada Homans) karena mampu mengembangkan perspektif pertukaran yang sanggup menjelaskan fenomena tingkat makro. Ketiga, tak seperti Blau yang terpaksa percaya pada penjelasan berdasarkan fenomena normatif, Emerson ingin menjelaskan struktur dan perubahan sosial dengan menggunakan “hubungan sosial sebagai blok bangunan yang merentang tingkat analisis yang berbeda” (Molm dan Cook, 1995:215). Lagi pula aktor menurut sistem teori Emerson dapat berupa individual atau struktur sosial lebih besar (walaupun struktur berfungsi melalui agen). Jadi, waktumembangunteori tentang struktur sosial, Emerson menggunakan prinsip psikologi perilaku.
                  Dalam dua esai yang diterbitkan tahun 1972, Emerson membangun landasan teori pertukarannya yang utuh. Dalam esainya yang pertama (1972a) ia menjelaskan basis psikologi pertukaran sosial, sedangkan dalam esai kedua (1972b) ia beralih ke tingkat makro, hubungan pertukaran dan struktur jaringan. Kemudian ia membuat hubungan mikro – makro yang lebih tegas: “aku mencoba mengembangkan teori pertukaran dan riset dari tingkat analisis mikro ke tingkat makro melalui studi struktur jaringan pertukaran”. (Dikutip dalam Cook, 1987b:212). Seperti dikemukakan karen Cook (murid terpenting Emerson), struktur jaringan pertukaran itulah yang menempati posisi sentral dalam hubungan mikro – makro: “dengan menggunakan peluang untuk membangun teori yang menjembatani jurang konseptual antara individua yang terisolasi atau hubungan duaan dan kumpulan individu yang lebih besar  (seperti kelompok formal, atau asosiasi, organisasi, pertentangan, partai politik, dan sebagainya)”. (1987b:219).
                  Baik Emerson maupun Cook menerima dan memulai dengan premis – premis teori pertukaran tingkat mikro yang mendasar. Emerson misalnya, mengatakan, teori pertukaran memusatkan perhatian utamanya pada keuntungan yang di dapat orang dari dan kontribusi yang disumbangkannya dalam proses interaksi sosial, (1981:31). Lebih khusus lagi, Emerson menerima prinsip behavioristis sebagai pangkal tolak analisisnya . emerson (1981:33) menguraikan tiga inti asumsi teori pertukaran.
1.      Orang yang merasa persaingan bermanfaat baginya cenderung bertindak “secara rasional” begitu persaingan itu terjadi.
2.      Karena orang akhirnya merasa jemu dengan persaingan maka manfaat persaingan itu tak akan makin berkurang.
3.      Manfaat yang didapatkan orang melalui proses sosial terganting pada manfaat yang mampu mereka berikan dalam pertukaran, memberikan teori pertukaran, pemusatan perhatiannya pada aliran manfaat melalui interaksi sosial.
                  Ketiga asumsi ini berkaitan erat, tetapi Emerson mulai menunjukkan ciri behavioristis orientasi teori pertukaran, menurut arah yang berbeda dibagian akhir esai pertamanya 1972dengan mengatakan: “tujuan utama di bab ini adalah menggabungkan dua teori operan ke dalam kerangka yang dapat menangani situsi yang lebih kompleks ketimbang yang dihadapi psikologi operan  (1972b:48).
                  Tema ini membuka esai kedua 1972: “tujuan esai ini adalah mulai membangun teori pertukaran sosial yang memperlakukan struktur sosial sebagai variabel yang terpengaruh” (Emerson, 1972b:58), dalam esai pertama 1972 Emerson memusatkan perhatian pada aktor tunggal yang terlibat dalam hubungan pertukaran dengan lingkungannya (contoh, seorang yang tengah memancing di sebuah danau). Sedangkan dalam esai kedua ia kembali kehubungan pertukaran sosial dan ke jaringan pertukaran.
                  Dalam teori pertukaran tingkat makro Emerson, para aktornya dapat berupa individu maupun kolektivitas. Ia memusatkan perhatian pada hubungan pertukaran antar aktor, sebuah jaringan pertukaran mempunyai komponen sebagai berikut (Cook, et al 1983:277):
1.      Adanya sekumpulan aktor individu atau aktor kolektif
2.      Sumber yang bernilai terdistribusikan di kalangan aktor
3.      Ada sekumpulan peluang pertukaran diantara semua aktro dalam jaringan itu
4.      Hubungan pertukaran atau peluang pertukaran ada di antara aktor
5.      Hubungan pertukaran saling berkaitan dalamsebuah struktur jaringan tunggal.
                  Singkatnya, sebuah jaringan pertukaran adalah sebuah struktur sosial khusus yang dibentuk oleh dua aktor atau lebih yang menghubungkan hubungan pertukaran diantara aktor (Cook, et al., 1983:277).
                  Kaitan antara hubungan pertukaran sangat penting artinya untuk menghubungkan pertukaran antara dua aktor dengan fenomena tingkat makro (yamagishi, Gillmore dan Cook 1985:835). 
                  Masing – masing relas pertukaran dilekatkan dalam jaringan pertukaran yang lebih besar yang terdiri dari seperangkap relasi pertukaran yang saling berhubungan. Denganmmenghubungkannya, itu berarti bahwa pertukaran dalam satu hubungan akan mempengaruhi pertukaran dalam hubungan lain.
                  Jadi, dapata dikatakan bahwa dua pasang hubungan pertukaran. A – B  dan A – C membuat sebuah jaringan minimal (A – B – C) bila pertukaran dalam satu pasangan tergantung pada pertukaran dalam pasangan yang lain. Untuk membangun sebuah jaringa pertukaran, tak cukup bagi A,B, dan C mempunyai keanggotaan bersama; harus ada hubungan ketergantungan antara pertukaran dalam A – B dan C. Misalnya, abe mungkin menukar informasi dengan Bill tentang politik kantor dan bill mungkin menukar pelayanandengan Cathy, tetapi pertukaran itu tidak akan memunculkan jaringan, kecuali informasi Abe memengaruhi pertukaran Bill dengan Cathy, entah itu secara positif atau negatif.
                  Ketergantungan kekusaan (power-dependence). Emerson mendefenisikan kekuasaan sebagai “tingkat biaya potensial yang menyebabkan seorang aktor dapat memaksa aktor lain ”menerima”, sedangkan ketergantungan melibatkan “tingkat biaya potensial yang diterima seorang aktor dalam suatu relasi” (1972b:64). Defenisi ini mengarah ke teori kekuasaan – ketergantungan Emerson yang dirangkum Cook dankawannya sebagai berikut: “kekuasaan seseorang atas orang lain dalam hubungan pertukaran adalah kebalikan fungsi ketergantungannya terhadap orang lain” (1988:837). Kekuasan yang tak seimbag dan ketergantungan menyebabkan ketidak seimbangan dalam hubungan, tetapi melalui perjalanan  waktu ketimpangan ini akan bergerak menuju hubungan kekuasaan – ketergantungan yang makin seimbang.
                  Molm dan Cook (1995) menganggap ketergantungan sebagai konsep penting dalam karya Emerson. Molm menyatakan “saling ketergantungan aktor satu sama lain adalah faktor struktural yang menentukan interaksi mereka dan kekuasaan mereka satu sama lain” (1988:109). Emerson menerangkan  : “ketergantungan aktor A terhadap aktor B adalah (1) secara proporsional berkaitan langsung dengan investasi motivasi A” dalam mencapai tujuan yang diantarai oleh B dan (2) secara proporsional berhubungan terbalik dengan ketrsediaan  (availability) tujuan A diluar hubungan A – B.” (1962:32). Jadi pengertian ketergantungan berkaitan dengan pengertian Emerson tentang kekuasaan, “kekuasaan A terhadap B setara dengan berdasarkan atas ketergantungan B terhadap A” (1962:33). Ada keseimbangan dalam  hubngan antara A dan B bila ketergantungan A terhadap B setara dengan ketergantungan B terhadap A. Dimana ada ketakseimbangan dalam ketergantungan, maka aktor yang kurang ketergantungannya beruntung dalam arti kekuasaan. Jadi, kekuasaan adalah potensi yang senantiasa ada dalam struktur hubungan antara A dan B. Kekuasaanpun dapat digunakan untuk mendapatkan hadiah dari hubungan antara dua pihak. Bahkan dalam hubungan yang seimbangpun kekuasaan itu ada, meski tak seimbang.
                  Studi tentang kekuasaan-ketergantungan menekankan pada hasil positifnya kemampuan untuk memberi hadiah terhadap orang lain. Tetapi, dalam serentetan studi, Molm (1988, 1989, 1994, 1997) menekankan pada hasil negatifnya pada kekuasaan menghukum dalam hubungan kekuasaan ketergantungan. Artinya, kekuasaan dapat berasala dari kemampuan memberi hadiah maupun dari kemampuan menghukum orang lain. Molm menemukan bahwa kekuasaan menghukum umumnya lebih lemah daripada kekuasaan memberi hadiah, sebagian disebabkan tindakan menghukum mendatangkan reaksi negatif. Ini berarti bahwa resiko meningkatnya reaksi negatif adalah bagian penting dalam kekuasaan menghukum.
                  Tetapi, dalam studinya terakhir Molm (1994) mendapat kesan, bahwa kekuasaan menghukum yang relatif lemah itu mungkin disebabkan fakta bahwa kekuasaan itu digunakan secara luas dan bukan karena secara hakiki kurang efektif dibandingkan dengan kekuasaan memberi hadiah. Molm, Quist, dan Wisely (1994) menemukan bahwa penggunaan  kekuasaan menghukum lebih besar kemungkinannya di anggap adil karena digunakan oleh orang yang juga mempunyai kekuasaan memberi hadiah, tetapi dianggap tak adil jika partnernya mengharapkan hadiah.
                  Teori pertukaran yang lebih integratif. Cook, o’ Brien, dan Kollock (1990) merumuskan teori pertukaran dalam arti yang secara hakiki bersifat integratif, yang memusatkan perhatian pada pertukaran diberbagai tingkat analisis termasuk pertukaran di kalangan individu yang saling berhubungan, perusahaan, dan bahkan bangsa – bangsa. Mereka mengenali dua untaian pemikiran tentang pertukaran. PERTAMA, di tingkat mikro yang memusatkan perhatian pada perilaku sosial sebagai pertukaran. KEDUA, di tingkat yang lebih makro, yang memandang struktur sosial sebagai pertukaran. Mereka melihat kekuatan teori pertukaran dalam integrasi mikro-makro karena “termasuk ke dalam proposisi teoritistunggal yang dapat digunakan untuk aktor individual maupun untuk tingkat makro dan mencoba merumuskan secara tegas akibat perubahan di satu tingkat analisis terhadap tingkat analisis lain” (Cook, O’Brien dan Kollock, 1990:175).
                  Cook dan kawannya mengidentifikasi tiga kecenderungan kontemporer, ketiganya menunjuk kearah teori pertukaran yang makin terintegrasi. Pertama, meningkatnya penggunaan riset lapangan yang memusatkan perhatian pada masalah yang lebih makroskopik yang dapat melengkapi penggunaan eksperimen laboratorium secara tradisional untuk mempelajari masalah mikroskopik. Kedua, terjadinya pergeseran pemikiran substantif yang menjauhkan diri dari pemusatan perhatian terhadap hubungan duaan dan mengarah kejaringan pertukaran lebih  luas. Ketiga, dan paling penting, adalah adanya upaya terus menerus untuk menyitesiskan teori pertukaran dan sosilogi struktural, terutama teori jaringan.
                  Cook, O’ Brien, dan Kollock juga membahas keuntungan yang didapat dari penyatuan wawasan yang berasal dari berbagai jenis teori mikro lain. Teori pembuatan keputusan menawarkan “pemahaman yang lebih baik tentang cara aktor membuat pilihan yang berkaitan dengan transaksi” (Cook, et al., 1990:168). Lebih umum lagi ilmu kognitif (termasuk antropologi kognitif dan kecerdasan buatan) memberika lebih banyak penjelasan mengenai cara aktor memahami, memproses, dan mendapatkan kembali informasi” (Cook, et al., 1990: 168). Simbolik interaksionisme menawarkan pengetahuan mengenai cara aktor saling mengirimkan isyarat tujuan mereka satusam lain dan ini penting untuk membangun kepercayaan dan komitmen dalam hubungan pertukaran. Sangat umum lagi, mereka memandang versi sintesis teori pertukaran mereka diperlengkapi dengan baik untuk menganalisis masalah yang sangat penting tentang hubungan agen-struktur. Menurut mereka, teori pertukaran adalah salah satu dari sejumlah terbatas  orientasi teoritis dalam ilmu sosialyang secara tegas mengonseptualisasikan tujuan aktor dalam hubungan dengan struktur (Cook, et al., 1990:172).
                  Ada sejumlah contoh terbaru dari upaya yang dilakukan dari pakar teori pertukaran untuk menyintesiskan pendekatan mereka dengan orientasi teoritis lain. Sebagai contoh, Yamagishi dan Cook (1993) telah mencoba menyatukan teori pertukaran dengan teori dilema sosial (Yamagishi, 1995), sesuatu yang berlainan dari teori pilihan sosial berasal dari konsep hubungan diadik yang terkenal tentang dilema narapidana dan riset tentang dilema itu. Dilema sosial adalah sesuatu yang membutuhkan jenis struktur dorongan khusus, seperti (1) bila seluruh anggota kelompok bekerja sama, semua memperoleh keuntungan, sebaliknya (2) untuk masing – masing individu, akan lebih menguntungkan tidak bekerja sama (Yamagishi dan Cook, 1993:236). Yamagishi dan Cook menemukan bahwa sifat hubungan sifat pertukaran dan struktur mempengaruhi cara orang menghadapi dilema sosial.
                  Dalam upaya lain, Hegtvedt, Thompson, dan Cook (1993) mencoba menyatukan teori pertukaran dan atu pendekatan yang menjelaskan proses kognitif, yakni teori hubungan. Integrasi dengan teori ini memberikan teori pertukaran sebuah mekanisme untuk menguraikan cara orang memahami dan membuat hubungan sedangkan teori pertukaran mengimbangi kelemahan teori hubungan dengan menguraikan penyebab struktur sosial dan akibat perilaku dari hubungan (Hegtvedt, Thompson, dan Cook, 1993:100). Dengan demikian mereka mendapatkan dukungan untuk merumuskan hipotesis bahwa kekuasaan dirasakan berhubungan dengan posisi kekuasaan struktural seseorang dan orang yang merasakan dirinya sendiri mempunyai kekuasaan lebih besar, adalah lebih besar kemungkinannya menghubungkan hasil pertukarannya dengan tindakan atau interaksi pribadi (Hegtvedt, Tompson dan Cook 1993:104). Meski tak mendapat dukungan sepenuhnya dari perumus hipotesis ini, namun studi ini menunjukkan pentingnya mempelajari hubungan antara struktur sosial, proses kognitif (persepsi hubungan), dan perilaku.
                  Satu usulan penting diajukkan oleh Meeker (1971) yang akan memutuskan teori pertukaran dari ketergantungannya pada teori pilihan rasional dan mengizinkan integrasinya dengan variasi teori agen mikro. Meeker menyarankan agar rasionalitas ditetapkan sebagai astu tipe aturan pertukaran dan pertukaran itu sendiri dapat didasarkan pada aturan – aturan lain, seperti altruisme, kompetisi, timbal balik dan konsistensi status.
                  Pada tahun – tahu belakangan ini, teori pertukaran mulai bergerak keberbagai arah yang berbeda (Molm, 2001). Pertama, ada peningkatan perhatian pada resiko dan ketidak pastian dalam hubungan pertukaran  (Kollock, 1994). Misalnya, satu aktor mungkin memberikan hasil yang berharga pada aktor lain tanpa menerima imbalan yang berharga. Kedua, minat terhadap resiko menimbulkan perhatian pada kepercayaan  (trust) dalam relasi pertukaran. Isunya adalah: dapatkah satu aktor mempercayai aktor lain untuk saling berhubungan secara timbal balik ketika hasil yang dinilai sudah disediakan? Ketiga ada isu terkait tentang aktor yang mereduksi resiko dan meningkatkan kepercayaan dengan mengembangkan seperangkat komitmen bersama (Molm, 1997). Ini pada gilirannya terkait dengan isu yang ke Empat meningkatnya perhatian pada kasih sayang dan emosi dalam teori yang selama ini didominasi oleh fokus pada aktor yang mementingkan diri sendiri. Kelima, sementara sebagian besar teori pertukaran berfokus pada struktur, ada peningkatan minat pada perluasan sifat dan peranaktor dalam teori pertukaran. Dari segi isu yang perlu diperhatikan, Molm mengatakanbahwa teori pertukaran cenderung berfokus pada struktur pertukaran dan masih perlu lebih banyak memperhatikan perubahan atau dinamika pertukaran. Terakhir, arah baru yang paling mendapat perhatian dewasa ini adalah inetgrasi teori pertukaran dengan teori jaringan. Kita akan membahas teori pertukaran jaringan ini setelah kita mendiskusikan teori jaringan.


TEORI JARINGAN

        Para analisis jaringan (misalnya white 1992; wasserman dan faust, 1994; welman dan berkowitz, 1988/1997) berupaya membedakan pendekatan mereka dari pendekatan sosiologi yang disebut Ronald Burt”atomistis” atau “normatif”  (Burt, 1982; lihat juga Granovetter, 1985). Sosiologi yang berorientasi otomatis memusat kan perhatian pada aktor yang membuat keputusan dalam keadaan terisolasi dari aktor lain.  Lebih umum lagi, mereka memusat kan perhatian pad “ciri pribadi” aktor (Wellman, 1983). Pendekatan otomistis di tolak karena terlalu mikroskopik dan mengabaikan hubungan antara aktor. Seperti di kata kan Barry Wellman, “tugas menjelas kan motif individual lebih baik di serah kan pada psikolog” (1983:163). Jelas ini berarti penolakan terhadap sejumlah teori sosiologi yang menekan kan pada motif.
         Menurut pandangan  pakar teori jaringan, pendekatan normatif memusat kan perhatian terhadap kultang menanam kan (internalization)  norma dan nilai kedalam diri aktorur dan proses sosialisasi y. Menuru pendekatan normatif, yang mempersatukan orang secara bersama adalah sekumpulan gagasan bersama. Pakar teori jaringan menolak pandangan demikian dan menyatakan bahwa orang harus memusat kan perhatian pada pola ikatan objektif yang meng hubung kan anggota masyarakat (Mizruchi, 1994). Willman mengungkapkan pandangan ini.
Analisis jaringan lebih ingin mempelajari keteraturan individu atau kolektifitas berperilaku  ketimbang keteraturan keyakinan tentang bagaimana mereka seharus nya berperilaku. Karena itu pakar  analisis jaringan mencoba menghindar kan penjelasan normatif dari perilaku sosial. Mereka  menolak setia penjelasan nonstruktural yang memperlakukan   proses sosial sama dengan penjumlahan ciri pribadi aktor individual dan norma yang ter tanam
                                                                                                                  (Wellman, 1983:162)
   Setelah menjelas kan apa yang bukan menjadi sasaran perhatian nya, teori jaringan lalu menjelas kan sasaran perhatian utama nya, yakni pola objektif ikatan  yang meng hubung kan anggota masyarakat (individu dan kolektifitas). Wellman mengungkap kan sasaran perhatian utama teori jaringan sebagai berikut:
  Analisa jaringan memulai dengan gagasan sederhana namun sangat kuat, bahwa usaha utama sosiolog adalah mempelajari struktur sosial adalah menganalisis pola ikatan yang menghubung kan anggota nya. Pakar analisis jaringan menelusuri struktur bagian yang berada di bawah pola jaringan biasa yang sering muncul kepermukaan sebagai sistem sosial yang kompleks... Aktor dan perilaku nya di pandang sebagai di paksa oleh struktur sosial ini. Jadi, sasaran perhatian analisis jaringan bukan pada aktor sukarela, tetapi pada paksaan struktural ( Wellman, 1983:156-157).
       Satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatianya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor mungkin saja individu (Wellman dan Wortley,1990),tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan(Baker,1990; clawson, Neustadtl, dan Bearden, 1986;Mizruchi dan koening,1986) dan masyarakat.Hubungan dapat terjadi di tingkat struktur sosial skala luas maupun di tingkat yang lebih mikroskopik. Granoveter melukis kan hubungan di tingkat mikro itu seperti tindakan yang  “melekat” dalam hubungan pribadi konkret dan dalam struktur (jaringan) hubungan itu”(1985:490). Hubungan ini berlandas kan gagasan bahwa setiap aktor(individu atau kolektifitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi). Akibat nya adalah bahwa sistem yang terstrutur cenderung terstratifikasi, komponen tertentu tergantung pada komponen yang lain.
       Satu aspek penting analisis jaring adalah bahwa analisa ini menjauh kan sosiolog dari studi tentang kelompo dari studi tentang kelompok dan kategori sosial dan mengarah kan nya untuk mempelajari ikatan di kalangan dan antar aktor yang “tak terikat secara kuat dan tak sepenuh nya memenuhi persyaratan kelompok” (Wellman, 1983:169). Contoh yang baik dari ikatan seperti ini di ungkap dalam karya Granoveter (1973:1983)  tentang ikatan kuat dan lemah” Granoveter membeda kan antara ikatan yang kuat, misalnya hubungan antara seseorang dengan teman karib nya, dan ikatan yang lemah, misal nya hubungan seseorang dengan kenalan nya. Sosiolog cenderung memusat kan perhatian pada orang yang mempunyai ikatan yang kuat atau kelompok sosial. Mereka cenderung menganggap ikatan yang kuat itu penting, sedangkan ikatan yang lemah di anggap tak penting untuk di jadi kan sasaran studi sosiologi. Granoveter menjelas kan bahwa ikatan yang lemah dapat menjadi sangat penting. Contoh, ikatan lemah antara dua aktor dapat membantu sebagai jembatan antara dua kelompok yang kuat ikatan internal nya. Tanpa ada nya ikatan yang lemah seperti itu, kedua kelompok mungkin akan terisolasi secara total.Isolasi ini selanjut nya dapat menyebab kan sistem sosial semakin terfragmentasi. Seorang individu tanpa ikatan lemah akan merasa diri nya terisolasi dalam sebuah kelompok yang ikatan nya sangat kuat dan akan kekurangan informasi tentang apa yang terjadi di kelompok lain maupun di dalam masyarakat lebih luas. Karena itu ikatan yang lemah mencegah isolasi dan memungkin kan individu mengintegrasi kan diri nya dengan lebih baik kedalam masyarakat lebih luas.  Meski Granoveter menekan kan penting nya ikatan yang lemah, ia segera menjelas kan bahwa “ikatan  yang kuat pun mempunyai nilai” (1983:209; lihat bian, 1997). Misal nya orang yang mempunyai ikatan kuat memiliki motivasi lebih besar untuk saling membantu dan lebih cepat untuk saling memberi kan bantuan.
       Teori jaringan relatif masih baru dan belum berkembang. Seperti di katakan Burt, “kini ada semacam federasi longgar dari berbagai pendekatan yang dapat di golong kan sebagai analisis jaringan” (1982:20). Tetapi, pendekatan ini kini mengalami perkembangan, di bukti kan oleh sejumlah artikel dan buku yang diterbit kan berdasar kan perspektif jaringan ini dan sudah ada pula sebuah jurnal(Social Network) yang menerbit kan karya teoritis jaringan. Meski merupakan gabungan longgar dari berbagai pemikiran, namun teori jaringan ini bersandar pada sekumpulan prinsip yang berkaitan logis (Wellman, 1983). Prinsip nya itu adalah seperti berikut.
       Pertama, ikatan antara aktor biasa nya adalah  simetris baik dalam kadar kadar maupun intensitas. Aktor saling memasok dengan sesuatu yang berbeda dan mereka  berbuat demikian dengan intensitas yang makin besar atau makin kecil.  Kedua, ikatan antara individu harus di analisa dalam konteks struktur jaringan lebih luas.  Ketiga, terstruktur nya ikatan sosial menimbul kan berbagai jenis jaringan nonacak. Di satu pihak, jaringan adalah transitif (transitive):  bila ada ikatan antara A,B,dan C, ada kemungkinan ada ikatan antara A dan C, akibat nya adalah bahwa lebih besar kemungkinan ada nya jaringan yang meliputi A,B dan C. Di lain pihak, ada keterbatasan tentang berapa banyak hubungan yang  dapat muncul dan seberapa kuat nya hubungan itu dapat terjadi. Akibat nya adalah juga ada kemungkinan terbentuk nya kelompok-kelompok jaringan dengan batas tertentu, yang salin terpisah satu sama lain. Ke empat, ada nya kelompok jaringan menyebab kan tercipta nya hubungan silang antara kelompok jaringan maupun antara individu. Kelima ada ikatan simetris  antara unsur-unsur di dalam sebuah sistem jaringan dengan akibat bahwa sumber daya yang terbatas akan terdistribusi kan  secara tak merata.Ke enam  terakhir, distribusi yang timpang dari sumber daya yang terbatas menimbul kan baik itu kerja sama maupun kopentensi. Beberapa kelompok akan bergabung untuk mendapat kan sumberdaya yang terbatas itu dengan berkerja sama, sedangkan kelompok lain bersaing dan memperebut kan nya. Jadi, teori jaringan berkualitas dinamis ( Rosenthal et al., 1985), dengan struktur sistem akan berubah bersamaan dengan terjadi nya pergeseran pola koalisi dan konflik.
       Suatu contoh, Mizruchi (1990) memusat kan perhatian pada masalah kepaduan (kohesi)  perusahaan dan hubungan nya dengan kekuasaan. Ia menyata kan bahwa, secara historis, kohesi telah di devenisi kan dalam dua cara berbeda. Pertama atau menurut pandangan subjektif,  “kohesi adalah  fungsi perasaan anggota kelompok yang menyama kan diri nya dengan kelompok, khusus nya perasaan bahwa  kepentingan individual mereka di kait kan dengan kepentingan kelompok” (Mizruchi, 1990:21). Penekanan nya disini adalah padasistem normatif, dan kohesi di hasil kan  baik melalui internalisasi sistem normatif maupun oleh tekanan kelompok.  Ke dua, menurut pandangan objektif, bahwa “ solidaritas dapat di pandang sebagai tujuan, sebagai proses yang dapat di amati bebas dari perasaan individual”  (Mizruchi, 1990:22). Sejalan dengan pandangan teori jaringan, Mizruchi turun ke sisi pendekatan objektif terhadap kohesi.
        Mizruchi melihat kesamaan perilaku bukan hanya sebagai hasil kohesi, tetapi juga sebagai hasil kesetaraan struktural. Aktor yang setara secara struktural adalah mereka yang mempunyai hubungan yang sama dengan aktor lain dalam struktur sosial” (1990:25). Jadi, kesetaran struktural ada di kalangan perusahaan meski di kalangan perusahaan itu tak ada komunikasi. Mereka berperilaku menurut cara yang sama karena mereka berkedudukan dalam hubungan yang sama dengan beberapa kesatuan lain dalam struktur sosial. Mizruchi menyimpul kan bahwa kesetaran struktural besar peranan nya sebagai pemersatu dalam menerang kan kesamaan perilaku. Mizruchi memberi kan peran penting pada kesetaraan struktural yang secara tak langsung menekan kan penting nya peran jaringan hubungan sosial.
       Teori jaringan yang lebih integratif. Ronald Burt (1982) telah mencoba membangun sebuah pendekatan integratif, meski merupakan bentuk lain saja dari deternimisme struktural. Burt memulai dengan mengungkap pemisahan di dalam teori tindakan antara orientasi “atomistis” dan “normatif”. Orientasi atomistis berasumsi bahwa tindakan alternatif dapat di nilai secara bebas oleh aktor tersendiri sehingga penilaian dapat di buat tanpa merujuk pada aktor lain “sedangkan perspektif normatif di tetap kan oleh aktor tersendiri di dalam sistem yang mempunyai kepentingan saling tergantung sebagai norma sosial yang di hasilkan oleh aktor yang saling mensosialisasi kan diri satu sama lain”(Burt,1982:5)
       . Burt membangun perspektif yang “menghindarkan pemisahan antara perspektif tindakan atomistis dan normatif. Perspektif nya ini kurang menyintesis kan antara kedua nya. Jadi, lebih berfungsi sebagai perspektif ketiga yang menjembatani antara kedua nya” (1982:8). Meski ia mengakui meminjam dari ke dua perspektif lain itu, membangun perspektif yang di sebut nya perspektif struktural. Perbedaan dari ke dua perspektif terdahulu itu terletak pada tolak ukur untuk  mempostulat kan penilaian marjinal. Tolak ukur yang “digunakan perspektif struktural adalah status aktor atau seperangkat peran yang di hasilkan oleh pembagian kerja. Aktor menilai kegunaan berbagai alternatif tindakan sebagian dengan memperlihat kan kondisi pribadi dan sebagian dengan melihat kondisi orang lain” (1982:8). Ia melihat perspektif nya ini sebagai perluasan logika perspektif atomistis dan sebagai “restriksi yang akurat secara empiris” terhadap teori normatif.
        Gambar 8.1 melukis kan teori tindakan struktural Burt. Menurut uraian Burt tentang premis teori tindakan struktural nya ini, “aktor menyadari berada di bawah paksaan struktur sosial” (1982:9; lihat juga Mizruchi,1994). Menurut pandangan nya:
Aktor mengetahui diri nya sendiri berada di dalam struktur sosial. Struktur sosial lah yang menetap kan kesaman sosial mereka dan pola persepsi mereka tentang keuntunggan yang di dapat dengan memilih salah satu dari beberapa alternatif tindakan yang tersedia. Pada waktu bersamaan, struktur sosial membeda beda kan paksaan atas aktor menurt kemampuan mereka melakukan tindakan, karena itu, akhir nya, tindakan yang di lakukan adalah fungsi bersama aktor dalam mengejar kepentingan mereka hingga ke batas kemampuan mereka di mana kepentingan dan kemampuan d pola kan oleh struktur sosial.
Akhir nya, tindakan yang di lakukan dibawah paksaan struktursosial dapat mengubah struktur sosial itu sendiri dan perubahan itu mempunyai potensi untuk menciptakan paksaan baru yang akan di hadapi aktor di dalam    Sruktur
                      (Burt,1982:9)           



                                       Kepentingan aktor 
                                    2                                  3
                                                  3
 Struktur sosial sebagai                                                              tindakan
        Konteks tinda kan                                                                                                          
         1                                                 4                                                 
                                                      

TEORI PERTUKARAN JARINGAN

Teori pertukaran jaringan (network exchange theory) mengombinasi kan teori pertukaran sosial dan analisis jaringan. Kombinasi itu di asumsi kan menyempurnakan kelebihan ke dua teori sambil memperbaiki kekurangan nya. Di situ sisi, analisis jaringan mempunyai keunggulan mampu membangun representasi yang kompleks dari interaksi sosial mulai dari model relasi sosial yang sederhana dan dapat digambar kan, tetapi Cook dan Whitmeyer (1992:123) mengata kan bahwa analisis ini mempunyai keunggulan karena memiliki model aktor tunggal yang membuat pilihan berdasar kan mamfaat yang munkin di raih, Namun mempunyai kekurangan karena ia melihat struktur sosial terutama sebagai hasil dari pilihan individu ketimbang sebagai suatu determinan pilihan-pilihan tersebut. Secara sederhana dapat di katakan bahwa teori jaringan mempunyai model struktur yang kuat (jaringan relasi), tetapi mempunyai model yang lemah mengenai unsur relasi, sementara teori pertukaran mempunyai model yang lemah. Model teori pertukaran sosial dari pertukaran aktor untuk memperbesar keuntungan akan melengkapi isi yang kurang di punyai analis jaringan, dan analisis jaringan akan menyediakan model struktur sosial sebagai variabel independen yang kurang di miliki oleh teori pertukaran.
         Ide fudamental di balik teori pertukaran jaringan adalah bahwa setiap pertukaran sosial terjadi dalam konteks jaringan pertukaran sosial yang lebih besar. Apa-apa yang di pertukar kan kurang penting dalam pendekatan ini jika di banding kan dengan berbagai ukuran, bentuk, dan koneksi dari jaringan di mana pertukaran itu terjadi. Sebagaimana teori pertukaran sosial, teori pertukaran jaringan terutama menitik berat kan pada isu kekuasaan. Premis dasar nya adalah bahwa semakin besar kekuasaan si aktor. Di asumsi kan bahwa peluang untuk pertukaran ini secara langsung berkaitan dengan struktur jaringan. Sebagai akibat  dari posisi mereka di dalam jaringan, aktor akan berfariasi dalam peluang mereka untuk bertukar keuntungan dan karena nya akan berfariasi dalam kemampuan nya untuk mengontrol atau mengakumulasi profit.
              Emerson (1972a, 1972b) mengawali riset pertentang jaringan pertukaran sosial terbatas oleh fokus nya pada dua orang, atau relasi pertukaran diadik (dyadic). Dengan memperlakukan  relasi-relasi itu sebagai relasi yang saling berkaitan (interconnected), Emerson kemudian melngkah maju untuk melihat pertukaran sebagai sesuatu yang di lekat kan pada struktur jaringan yang lebih luas. Niat awal Emerson (1972b:58) adalah untuk mengembang kan “sebuh teoripertukaran sosial di mana struktur sosial dianggap sebagai variabel dependen” akan tetapi, riset nya segera menunjukan bahwa struktur sosial dapat menjadi fariabel bebas; dengan kata lain, bukan hanya struktur yang di tentukan oleh relasi pertukaran, tetapi juga relasi pertukaran di tentu kan oleh struktur sosial.
              Yamagishi, Gillmore, dan Cook (1988) melanjut kan dengan mengait kan teori  pertukaran dan teori jaringan. Mereka mengatakan bahwa ke kuasan adalah aspek sentral bagi teori pertukaran, tetapi kekuasan tidak dapat di kaji denganbaik dalam hubungan dua pihak (dyad). Sebalik nya, kekuasan “secara fundamental adalah fenomena struktur sosial” (yamagishi, Gillmore, dan Cook 1988:834). Teori yang memadai harus mengombinasi analisis relasi pertukaran dengan analis keterkaitan antara relasi pertukaran tersebut. Untuk itu, bedasar kan ide emerson mereka membangun gagasan tentang pertukaran yang saling terkait secara positif atau negatif untuk menghasil kan predisi tentang distribusi kekuasaan dalam jaringan.
        Dalam artikel berikut nya, Cook dan Whitmeyer (1992) menganalisa kemungkinan pengombinasian teori pertukaran dengan analisis jaringan. Mereka melihat pada kesesuaian antara dua pandangan tentang aktor dan tentang struktur. Mereka berkesimpulan bahwa ke dua teori pandangan aktor tersebut pada dasar nya adalah sama, karena pada akhir nya semua teori pertukaran secaraeksplisit mengasumsi kan bahwa aktor secara rasional mengejar maksimalisasi kepentingan diri (self-interest) dalam bentuk apa pun, Sedangkan kebanyakan teori analisis jaringan menganut asumsi yang sama meski secara lebih implisit. Perbedaan utama nya adalah bahwa teori pertukaran memandang relasi sosial yang membentuk struktur hanya pada term pertukaran aktual, sedang kan analisis jaringan menolak  semua bentuk relasi, walaupun pertukaran itu terjadi atau tidak.
              Perbedaan dalam devenisi relasi ini lah yang merupakan perbedaan esensial antara jaringan pertukaran dan jenis jaringan kepentingan (interest) untuk analisis jaringan. Teoritis pertukaran jaringan hanya tertarik pada relasi pertukaran, sedangkan teoritis jaringan tertarik pada banyak jenis relasi. Sebagai contoh, banyak studi jaringan memfokus kn pada “sentralitas”.  Ini mungkin berarti bahwa keuntungan karena saling terkait dengan banyak orang yang berbeda. Menurut teoritisi pertukaran jaringan menjadi “terkait “(linked) tidak cukup; relasi harus merupakan salah satu dari pertukaran. Jadi, dalam contoh Abe, Bill, dan Cathy di atas, Bill adalah “sentral” menurut teori pertukaran, hanya jika Abe dan Bill serta Bill dan Cathy mempunyai sejenis pertukaran yang sama, dan, selain itu, salah satu pertukaran dyad  memiliki sejenis efek yang sama terhadap pertukaran yang lain nya. Sebalik nya, menurut analisis jaringan, keterkaitan itu sudah mencukupi, dan sifat dari keterkaitan itu tidak relevan.
Kekuasan struktural
              Satu dari alasan untuk mengait kan teori pertukaran dengan analisis jaringan adalah agar dapat bergerak melampaui analisis kekuasaan di dalam relasi diadik(dyadic) dan dapat menganalisa distribusi kekuasaan dalam jaringan secara keseluruhan. Ini menjadi salah satu dari topik paling penting dalam teori pertukaran jaringan kontemporer. Dalam salah satu upaya pertama untuk melihat pada distribusi kekuasaan dalam jaringan,Cook dan rekan nya (1983) mengembang kan teori “vulnerability”. Mereka mengatakan bahwa determinasi kekuasaan dari suatu posisi adalah di dasar kan pada banyaknya ketergantungan seluruh struktur kepada posisi itu. Menurut mereka,  ketergantungan pada sistem yang luas ini adalah fungsi dari sentrallitas struktural dari posisi tersebut dan sifat relasi kekuasaan ketergantungan. Dengan kata lain, vulnerability melibat kan ketergantungan jaringan kepada posisi struktural tertentu.
Usaha penting lain nya untuk melihat pada distribusi kekuasaan dalam jaringan di kembang kan oleh Markovsky, Willer dan rekan nya (Willer dan patton, 1987; Markovsky, Willer dan patton,1988). Pendekatan ini menjadi sangat berpengaruh sehingga biasa nya di beri nama network exchange theory, atau di singkat NET. Teori ini mengansumsi kan bahwa kekuasaan di tentukan oleh struktur jaringan, khusus nya ketersediaan koneksi alternatif diantara aktor. Teori ini menggunakan graph-theoritical index (GPI) yang di dasar kan pada penghituman jaringan alternatif dan model resistensi yang di dasar kan pada ekspektasi aktor terhadap hasil untuk memprediksi kan kekuasaan relatif di dalam jaringan.
Struktur kekuasaan yang kuat dan lemah
         NET membeda kan antara dua tipe jaringan kuat dan jaringan yang lemah yang di dasar kan pada apakah aktor dapat di keluar kan dari pertukaran atau tidak. Jaringan kekuasaan yang kuat meliputi beberapa aktor yang pasti di keluar kan (aktor kekuasaan trendah) dan aktor lain yang tidak dapat di keluar kan(aktor kekuasaan tinggi). Misal nya, dalam sebuah perusahaan, keputusan tentang siapa yang akan naik  keposisi yang lebih di pertukar kan untuk kerja yang di lakukan untuk bos yang dapat memberi kan posisi yang lebih tinggi. Jika kita mengangsumsi kan bahwa hanya ada satu bos dan banyak persaingan untuk posisi itu, maka kita akan mempunyai jaringan kekuasaan yang kuat. Bos tidak dapat di keluuar kan dari pertukaran, sedangkan semua aktor lain pasti keluar, kecuali satu orang.  Teori ini mempredisi kan bahwa aktor kekuasaan  tingggi dalam jaringan, ke kuasaan yang  kuat akan mendapat kan semua sumber daya yang tersedia. Dalam kasus ini, para pesaing akan termotifasi untuk melakukan apa pun tugas yang di minta oleh bos. Akan tetapi, jika kita memasukan bos lain kedalam jaringan itu, di mana bos itu biasa juga mempromosikan seorang kompetitor, maka teori itu mempredisi kan bahwa kedua bos itu akan berkurang kekuasaan nya karena kompetitor bersaing merebut promosi akan mendapat kan satu alternatif untuk mendapat kan pertukaran.                                                                                             
       Maksud bos kedua tersebut akan membuat struktur kekuasaan menjadilemah. Dalam struktur posisi yang lemah, semua posisi rawan di keluar kan. Kehadiran bos ke dua berarti bahwa bos 1 dapat di keluar kan dari pertukaran. Karena itu kompetitor dapat meberikan pelayanan kepada bos yang akan mempromosi kan mereka dan pada saat yang sama bos itu tidak banyak memberikan tugasdalam pertukaran. Dalam jaringan yang lemah posisi mungkin mempunyai kemungkinan eksklusi yang berbeda. Misal kan, ada 20 kompetitor yang merebut promosi jabatan dan ada dua bos. Ini membut kompetitor tentu akan lebih mungkin di keluar kan ketimbang salah satu bos. Teori mempredisi kan bahwa posisi yang lebih kecil kemungkinan nya untuk di keluar kan (bos) akan mendapat kan ke untungan yang lebih proporsional ketimbang posisi yang lebih mungkin untuk di keluar kan (kompetitor).
        Salah satu keuntungan dari pengaitan teori pertukaran dengan analisis jaringan adalah meluas nya pandangan tentang agen (agency). Analisis jaringan cenderung mengecil kan agen dan berkonsentrasi untuk mendeskripsi kan properti struktur tertentu. Teori pertukaran mengandung model agen self-interest rasional, namun model ini mengabai kan kekuatan agen untuk mengubah struktur guna memperkuat posisi tawar menawar mereka. Leik (1992) menggunakan teori pertukaran jaringan untuk meneliti “manipulasi strategi terhadap keterkaitan jaringan” yang di lakukan aktor. Ini menunjukan bahwa posisi yang rendah, seperti kompetitor yang memperebut kan promosi, mungkin mencari sumber promosi lain dalam rangka memperkuat posisi mereka, sedangkan “aktor kekuasaan tinggih lebih memilih mengisolasi mereka yang tergantung kepada nya” (Leik, 1992:316).
       Disini perlu di sebut karakteristik laindari teori jaringan yang lebih ambigu: cenderung nya (propensity) pada eksperimen laboratorium. Kebanya kan dari perkembangan dari teori ini di dorong oleh eksperimen dengan subjek tes yang terkontrol dalam kondisi laborat. Tentu saja ini menguntungkan karena memampu kan untuk mengetes teori dalam kondisi yang terkontrol, namun kelangkaan situasi ini di dalam sosiologi sering di kaji menjadi sumber rasa malu (embarassment). Bahkan di dalam  laboratorium sekali pun, prediksi teori akan hilang jika subjek di izin kan mengenal efek tak seimbang dari pertukaran mereka, karena masuk nya pertimbangan normatf (Molm, 2001:264). Ini berarti bahwa hasil eksperimental harus di interpretasi kan secara hati hati ketika di aplikasi kan ke interaksi sosial di luar laboratorium. Lebih jauh, kondisi artifisial dari laboratorium dapat memuncul kan teori artifisial. Seperti di kata kan Willer (1992:289), “Ketika suatu paradikma eksperimental yang mapan mengatur apa yang akan dan tidak akan di investigasi, perkembangan teori menjadi hanya satu sisi (one-sided) dan riset berfokus pada isu-isu yang tidak punya arti penting atau tidak di ketahui arti penting nya di luar laboratorium. “ sebagai contoh Willer mengutip minat pada jaringan kekuasan lemah. “Tak ada yang meng kaji jaringan kekuasaan lemah di bidang tersebut. Oleh karna itu, signifikansi empiris nya, bahkan eksistensi empiris nya, tidak di ketahui” (Willer, 1999:2900).


                  Teori Pilihan Rasional 
Meski di pengaruhi perkembangan teori pertukaran, teori pilihan rasional umum nya berada di pinggiran aliran utama  teori sosiologi (Hechter dab kana zawa,1997). Melalui upaya jammes S.  Coleman, teori ini menjadi salah satu teori “hebat” dalam sosiologi masa kini ( chriss, 1995; lindenberg, 2000; Tilly, 1997). Di katakan demikian karena tahun 1989 Coleman mendiri kan jurnal rationallity and Society, yang bertujuan menyebar kan pemikiran yang berasal dari persrektif pilihan rasional. Selain dari itu, Colmen (1990) menerbit kan buku yang sangat berpengaruh, foundations of social Theory berdasar kan perspektif pilihan rasional itu. Terakhir, Coleman menjadi president the  American Sociological Association tahun 1992 dan memamfaat kan forum itu untuk mendorong kemajuan teori pilihan rasional dan menamai nya “The rational Reconstruction of society” (Coleman, 1993b).
       Karena kita telah menjelas kan prinsip dasa teori pilihan rasional, ada guna nya di mulai dengan komentar pendahuluan Coleman (1989) atas edisi pertama jurnal Rationality and Society. Jurnal itu bersifat interdisipliner karena teori pilihan rasional (Coleman menyebut nya “paradikma tindakan rasional”[1989:5]) adalah satu-satu nya teori yang mungkin menghasil kan integrasi berbagai paradikma sosiologi. Coleman dengan yakin menyatakan bahwa pendekatan nya beroperasi mulai dari dasar metodologi individualisme dan dengan menggunakan teori pilihan rasional sebagai landasan tingkat mikro untuk menjelas kan tingkat makro. Bahkan yang lebih menarik adalah pendekatan Coleman tida “congenial.
       Colman mempunyai bermacam karir hebat dalam sosiologi; julukan  “teoritis” hanyalah beberapa dari satu julukan yang dapat di terap kan pada nya. Ia menerima ph.D. dari universitas columbia tahun 1955, dan setahun kemudian ia memulai karir akademis nya sebagai asisten profesor di Universitas Chicago (tahun 1973, ia kembali lagi di universitas ini setelah 14 tahun menetap di Uiversitas Johns dan melanjut kan karir nya d chicago hingga akhir hayat nya). Di tahun yang sama ketika ia mulai mengajar di Chicago Coleman menjadi penulis junior (bersama S. M. Lipset dan Martin A. Trow) salah satu studi yang menonjol dalam sejarah sosiologi industri, berjudul union democracy (disertai coleman di Colombia yang di bimbing oleh lipset, menganalisis beberapa masalah yang di bahas dalam Union democracy). Coleman kemudian mengalih kan perhatian nya ke studi tentang pemuda dan pendidi kan. Hasil puncak nya berupa laporan pemerintah federal “(Coleman report”) yang membantu melahir kan kebijakan yang sangat kontroversial mengenai pengangkutan anak sekolah dengan bus sebagai metode untuk mencapai persamaan hal menurut ras di sekolah Amerika. Melalui karya inilah Coleman mendapat kan pengalaman praktis yang jauh lebih besar dari pada yang di dapati sosiolog Amerika lain nya. Selanjut nya ia mengalih kan perhatian nya dari kehidupan praktis kesuasana murni sosiologi mate matika (terutama introduction to Mathematical sociologi [1964] dan The Mathe Matics of collective Action[1973]). Di tahun tahun kemudian Coleman beralih ke teori sosiologi terutama teori pilihan rasional dengan di terbit kan nya buku foundations of social Theory (Coleman, 1990) dan tahun 1989 mendiri kan jurnal rationallity andsociety. Kumpulan karya yang di terbit kan dalam jurnal ini mencemin kan keanekaragaman yang hampir tak dapat di percaya dan itu belum termaksud bahasan ringkas 28 buah buku dan 301 artikel yang tercatat di ringkas oleh Colman.
     Colman menerima gelar Bachelor of Science dan Universitas Purdue tahun 1949 dan berkerja sebagai ahli kimia untuk Eastman kodak sebelum masuk kedeprtemen sosial logi universitas columbia tahun 1951 Colman sangat di pengaruhi oleh Robert k. Merton  (lihat Bab 3) terutama kuliah nya tentang durkheim dan faktor sosial sebagai penentu perilaku individu.  Ia pun mendapat pengaruh dari pakar. Metodologi paul Lazars-feld. Minat nya terhadap metode kuantitatif dan sosiologi matematis berasal dari Lazars feld. Seymour Martin Lipset adalah orang ke tiga yang memengaruhi Coleman. Coleman di ajak Lipset menjadi anggota tim junior riset Lipset, dengan demikian akhir nya berpatriti sipasi menyusun laporan yang berjudul Union democracy. Demikian lah pendidikan S1 sudah memberi Colman karya yang secara metodologis adalah holistis, mengembang di tingkat sistem itu...pandangan tentang tindakan sebagai murni ungkapan perasaan belaka, tak rasional, dan sepenuh nya di sebab kan oleh kekuatan dari luar tanpa di antarai maksud atau tujuan aktor. Ia mengesamping kan karya empiris yang umum nya di kerja kan dalam ilmu sosial yang memandang perilaku individu di jelas kan oleh determinan atau faktor tertentu tanpa model tindakan apa pun (Coleman, 1959). Penguasa teori yang kuat, metode dan hubungan antara ke dua nya dalam riset empiris ini lah model yang di cita-cita kan semua sosiolog. Berdasar kan pengalaman itu Colman melukis kan fisi nya melalui studi sosiologi ketika ia menamat kan S1 dan memulai karir profesional nya:
 Sosiologi harus menjadi sistem sosial (yang kecil atau yang besar) sebagai unit analisis nya ketimbang individu, namun harus menggunakan metode kuantitatif, meninggal kan teknik-teknik yang tidak sistemmatis yang membuka peluang keterlibatan kecendrungan peneliti dan menutup peluang untuk meniru kan atau melaku kan penelitian ulang dan terbatas kemampuan nya untuk menjelas kan. Mengapa saya dan mahasiswa lain di columbia ketika itu mempunyai fisi ini? Saya yakin visi ini adalah kombinasi unik dari visi merton dan Lazarsfeld.
                                                                                                (Coleman, 1994:30-31)
           pendekatan Coleman telah berubah, tetapi tak bayak yang di perkira kan nya. Contoh, mengenai mengenai karya nya tentang permainan simulasi sosial di johns Hopkins di tahun 1960 an, ia mengatakan, “karya itu menyebab kan saya mengubah orientasi teoritis saya dari sifat yang tak hanya menentu kan tinda kan (seperti hasil studi Durkheim tentang bunuh diri) ke pandangan bahwa sistem juga adalah akibat dari tindakan yang kadang-kadang di harap kan” (Coleman, 1994:33). Dengan demikian Coleman memerlu kan sebuah teori tindakan dan ia memilih yang lazim di terima kebanyakan pakar ilmu ekonomi.
        Tugas sosiologi yang berat adalah membangun sebuah teori yang mengalih kan perhatian nya dari tinda kan tingkat mikro ke norma, nilai sosial, distribusi status dan konflik sosial, distribusi status dan konflik sosial tingkat makro. ( Colman, 1994:33).perhatian ini lah yang menjelas kan mengapa Coleman mengambil landasan teori nya dari ilmu ekonomi:
    Yang membeda kan ekonomi dari ilmu sosial lain bukan lah penggunaan “pilihan rasional”nya  tetapi penggunaan sebagai model analisis yang memungkin kan bergerak antara tingkat tindakan individu dan tingkat fungsi sistem. Dengan membuat asumsi, bahwa tinda kan individu rasional dan pasar adalah “sempurna” dengan komunikasi penuh, analisis ekonomi mampu menghubung kan fungsi tingkat makro dengan tindakan individu di tingkat mikro. (Coleman, 1994:32)
       Aspek lain visi coleman mengenai sosiologi harus dapat di guna kan untuk merumus kan kebija kan sosial. Tentang teori ia mengata kan,  salah satu kriteria untuk menilai karya dalam teori sosial adalah kegunaan potensial nya untuk memberitahu kan kebijakan sosial” (Colmen, 1944:33). Tidak banyak sosiologi yang tidak sepakat dengan tujuan Colmen menghubungkan teori, metode dan kebija kan sosial, meski banyak juga yang taksepakat dengan cara yang di pilih Colemen dalam menghubung kan nya.  Apa kah mereka setuju atau tidak dengan tujuan utama colemen itu, sosiolog  di masa datang akan terus di tantang dalam menghubung kan ke tiga aspek kunci praktik sosiologi ini, dan sebagian mereka akan menemukan sebuah model yang berguna dalam karya Colmen..... (Colmen meninggal 25 maret 1995).
Jadi, sebagian besar karya dalam sosiologi tak di masuk kan ke dalam terbitan jurnal rasionality and Society. Tetapi, karya yang memusat kan perhatian pada masalah tingkat makro dan yang berkaitan dengan tindakan rasional tidak dikucil kan. Diluar minat akademis seperti itu            Coleman mengingin kan karya penelitian di lakukan bertolak belakang dari perspektif pilihan rasional yang mempunyai kaitan praktis dengan kehidupan sosial yang sedang berubah. Sebagai contoh, Heckathorn dan Broadhead (1996) telah meneliti kebijakan publik berkaitan dengan pencegahan AIDS dari segi pilihan rasional.
Landasan teori
       menurut Coleman sosiologi seharus nya memusat kan perhatian kepada sistem sosial. Tetapi, fenomena makro itu harus di jelas kan oleh faktor internal nya sendiri, khusus nya oleh faktor individual. Ia lebih menyukai bekerja di tingkat individual ini karena sebagai alasan, termaksud kenyataan bahwa data biasa nya di kumpul kan di tingkat idividual dan kemudian di susun untuk menghasil kan data di tingkat sistem sosial.  Alasan lain untuk lebih menyukai pemusatan perhatian di tingkat individual biasa nya adalah karena “intervensi” dilakukan untuk menciptakan perubahan sosial. Inti perspektif Coleman adalah gagasan bahwa teori sosial tak hanya merupakan latihan akademis, tetapi harus dapat mempengaruhi kehidupan sosial melalui “intervensi” tersebut.
       Dengan memusat kan perhatian pada individu ini, Coleman mengakui bahwa dia adalah individualis secara metodologis, meski ia melihat perspektif khusus ini sebagai varian khusus dari orientasi dari  individual itu. Pandangan nya adalah khusus dalam arti bahwa dia menerima gagasan yang muncul dan meski memusat kan perhatian pada faktor internal sistem sosial, faktor internal itu tak mesti selalu orientasi dan tinda kan individual Artinya, fenomena tingkat mikro selain yang bersifat individual pun dapat menjadi sasaran perhatian analisis nya.
       Teori pilihan rasional Colmen tampa jelas dalm gagasan dasar nya bahwa tinda kan seseorang mengarah pada suatu tujuan dan tujuan itu (dan juga tindakan) di tentu kan oleh nilai atau pilhan (preferensi)” (1990:13). Tetapi, colmen selanjut nya menyatakan untuk maksud yang sangat teoritis, ia memerlu kan konsep yang lebih tepat mengenai aktor rasional yang berasal dari ilmu ekonomi yang melihat aktor memili tinda kan yang dapat memaksimal kan kegunaan atau yang memuas kan keinginan dan kebutuhan mereka,
       Ada dua unsur utama dalam teori Coleman, yakni aktor dan sumber daya. Sumber daya adalah sesuatu yang menarik perhatian dan yang dapat di kontrol oleh aktor. Coleman menjelas kan  antara aktor dan sumberdaya secara rinci menuju ke tingkat sistem sosial:
 Basis minimal untuk sistem sosial tinda kan  adalah dua orang aktor, masing-masing mengendali kan sumber daya yang menarik perhatian pihak yang lain. Perhatian satu orang terhadap sumber daya  yang di kendali kan orang lain itu lah yang menyebab kan ke duanya terlibat dalam tinda kan saling membutuh kan terlibat dalam sistem tinda kan..... Selaku aktor yang mempunyai tujuan, masing masing bertujuan untuk memaksimal kan perwujudan kepentingan nya yang memberi kan ciri saling tergantung atau ciri sistemik terhadap tindakan mereka.
                                                                                                            (Coleman, 1990:29)
       Walau ia yakin terhadap teori pilihan rasional, namun Coleman tak yakin perspektif ini telah berhasil menyediakan semua jawaban, setidak nya hingga saat kini. Namun, jelas ia yakin bahwa teori ini akan bergerak ke arah itu karena ia menyata kan, “kesukaan teori sosial yang berdasar kan rasionallitas terletak pada makin berkurang nya bidang aktivitas sosial yang tak dapat di terang kan oleh teori pilihan rasional ini” (Coleman, 1990:18).
       Coleman mengakui bahwa dalam kehidupan nyata orang selalu berperi laku rasional, namun ia merasa hal ini hampir tak berpengaruh terhadap teori nya. Asumsi ku adalah bahwa ramalan teoritis yang di buat di sini sebenar nya akan sama saja apakah aktor bertindak tepat menurut rasionalitas seperti yang bisa di bayang kan atau menyimpang dari cara-cara yang telah di amati” (1990:506;Inbar, 1996).
       Pemusatan perhatian pada tinda kan rasional individu ini di lanjut kan dengan memusat kan perhatian pada masalah hubungan mikro makro atau bagai mana cara gabungan tinda kan individual menimbul kan perilaku sistem sosial. Meski ia mempriorits kan masalah ini, Coleman juga memperhati kan hubungan makro ke mikro atau bagai mana cara sistem memaksa orientasi aktor. Akhirnya ia memusat kan perhatian pada aspek hubungan mikro-makro atau dampak tindakan individual terhadap tindakan individu lain.
       Meski kelihatan nya seimbang, namun setidak nya ada tiga kelemahan pendekatan Colmen ini. Pertama, ia memberi kan prioritas perhatian yang berlebihan terhadap masalah hubungan mikro dan makro dan dengan demikian memberikan sedikit perhatian terhadap hubungan lain. Ke dua, ia mengbai kan masalah hubungan makro-makro. Ke tiga, hubungan sebab akibat nya hanya menunjuk pada satu arah; dengan kata lain ia mengabaikan hubungan dialetika di kalangan dan di antara  fenomena mikro dan makro.
       Dengan menggunakan pendekatan pilihan raional nya, Coleman menerang kan serentetan fenomena tingkat makro. Dasar pendirian adalah bahwa teoritisi perlu memelihara gambaran mereka mengenai aktor terus menerus dan dari gambaran fenomena mikro ini muncul berbagai kesan mengenai fenomena tingkat makro. Dengan cara ini, perbedaan dalam fenomena makro dapat di runut pada perbedaan truktur hubungan di tingkat makro dan bukan pada perbedaan di tingkat mikro.
       Satu langkah kunci gerakan dari mikro ke makro itu adalah mengakui wewenang dan hak yang di miliki oleh seseorang individu terhadap individu lain. Tindakan ini cenderung menyebab kan subordinasi seorang aktor terhadap aktur lain. Lebih pentinglagi, pengankuan ini mencipta kan fenomena makro paling mendasar, yakni satu unit tinda kan yang terdiri dari dua orang, ketimbang dua aktor yang bebas. Akibat nya, struktur berfungsi terbebas dari aktor ketimbang memaksimalkan ketertarikan nya, dalam kasus ini, seorang aktor malah berusaha merealisasi kan ketertari kan aktor yang lain atau unit kolektif independen. Ini bukan saja merupa kan realita perbedaan sosial, tetapi merupakan salah satu yang memiliki defisiensi khusus dan menimbul kan permasalahan khusus (Coleman, 1990:145). Menimbang orientasi aplikatif nya, Coleman menunjuk ketertarikan dalam diagnosa dan solusi dari berbagai permasalahan ini.
       Perilaku kolektif. Satu contoh pendekatan Coleman dalam menganalisis fenomena makro adalah kasus perilaku kolektif (Zblocki, 1996). Ia memilih menjelas kan perilaku kolektif karena ciri nya yang sering tak stabil dan kacau itu sukar di analisis berdasar kan perspektif pilihan rasional. Namun, menurut pandangan Coleman, teori pilihan rasional dapat menjelas kan semua jenis fenomena makro,  tak hanya yang stabil dan teratur saja apa yang menyebabkan perpindahan dari aktor rasional ke berfungsi ny sistem yang di sebut “perilaku kolektif yang liar dan bergolak adalah pemindahan sederhana pengendalian atas  tindakan seorang aktor ke aktor lain... yang dilakukan secara sepihak, bukan sebagai bagian dari pertukaran” (Coleman, 1990:198).
       Mengapa orang secara sepihak memindah kan kontrol atas tinda kan nya kepada orang lain? Jawabanya, menurut teori pilihan rasional, adalah bahwa mereka berbuat demikian dalam upaya untuk memaksimal kan kepentingan mereka. Biasa nya upaya memaksimal kan kepentingan individual itu menyebab kan keseimbangan kontrol antara beberapa aktor dan ini menghasil kan keseimbangan dalam masyarakat. Tetapi dalam kasus kolektif, karena terjadi pemindahan kontol secara sepihak, upaya memaksimal kan kepentingan individu tak mesti menyebab kan keseimbangan sistem.
       Norma.  Fenomena tingkat makro lain yang menjadi sasaran penelitian Coleman adalah norma. Meski kebanya kan sosiolog menganggap norma dapat di guna kan untuk menerang kan perilaku individu, namun mereka tak menerang kan mengapa dan bagaimana cara norma itu terwujud. Coleman ingin mengetahui bagaimana cara norma muncul dan di pertahan kan dalam sekelompok aktor yang rasional. Menurut nya norma di prakarsai dan di pertahan kan oleh beberapa orang yang melihat keuntungan yang di hasil kan dari pengalaman terhadap norma dan kerugian yang berasal dari pelanggaran norma itu. Orang ingin melepas kan pengendalian terhadap perilaku mereka sendiri, tetapi dalam proses, mereka memperoleh pengendalian (melalui norma) terhadap perilaku orang lain. Coleman meringkas pendapat nya tentang norma ini:
       Unsur sentral penjelasan ini... adalah melepas kan sebagian hak untuk mengendalikan tindakan diri sendiri seseorang dan menerima sebagian hak untuk mengendali kan tindakan orang lain dan itu lah yang memuncul kan norma. Hasil akhir nya adalah bahwa pengendalian... yang di pertahan kan setiap orang sendirian akan terdistribusi kan secara luas ke sekumpulan aktor yang melaksana kan kontrol itu (Coleman, 1990:292).
       Sekali lagi, aktor dilihat berupaya memaksimal kan utilitas mereka sebagian dengan menggerakkan hak untuk mengendali kan diri mereka sendiri dan memperoleh sebagian hak untuk mengendali kan aktor lain. Karena pemindahan pengendalian itu tak terjadi secara sepihak, maka dalam kasus norma ini terdapat keseimbangan.
       Tetapi, ada pula keadaan di mana norma berperan menguntung kan orang tertentu dan merugi kan orang lain. Dalam kasus tertentu, aktor menyerah kan hak untuk mengendali kan (melalui norma) tinda kan orang lain. Selanjut nya, keefektifan norma tergantung pada kemampuan melaksanakan konsensus itu. Konsensus pada dan pelaksanaan nyalah yang mencegah tanda-tanda ketakseimbangan perilaku kolektif.
       Coleman mengakui bahwa norma saling berkaitan, tetapi masalah makro seperti itu berada di lar cakupan karya nya tentang landasan sistem sosial. Di sisi lain ia ingin membahas masalah mikro mengenai internalisasi norma. Ia mengakui, dalam membahas internalisasi norma ia memasuki “ perairan yang berbahaya bagi teori yang berlandas kan pilihan rasional” (1990:292). Ia melihat internalisasi norma memapan kan norma sistem sanksi internal; aktor memberikan sangsi terhadap diri nya sendiri bpla ia melanggar norma. Coleman melihat ini menurut pemikiran bahwa seorang aktor atau sekumpulan aktor berupaya keras untuk mengendali kan aktor lain dengan mengingat kan norma yang di internalisasi kan kedalam diri mereka. Jadi, sekumpulan aktor berkepentingan untuk menyuruh aktor lain menginternalisasi kan norma dan mengendali kan mereka. Ia merasa bahwa ini adalah rasional “karena upayah seperti itu dapat evektif dengan biaya yang masuk akal” (1990:294).
       Coleman melihat norma dari sudut tiga unsur utama teori nya dari mikro ke makro, tinda kan bertujuan di tingkat mikro dan dari makro ke mikro. Norma adalah fenomena tingkat makro yang ada berdasar kan tindakan bertujuan di tingkat mikro. Begitu muncul, norma, melalui sanksi atau ancaman sanksi,  memengaruhi tindakan individu. Tinda kan tertentu mungkin membesar kan hati, sedangkan tinda kan lain mengecil kan hati.
       Aktor korporat. Dengan kasus norma ini  Coleman berahli ketingkat makro dan melanjutkan analisis nyan di tingkat makro ini dalam membahas tentang aktor kolektif (Clark, 1996). Di dalam kolektifias seperti itu, aktor tak boleh bertindak menurut kepentingan kolektifitas.
       Ada bermacam-macam aturan dan mekanisme untuk berahli dari pilihan individual ke pilihan kolektif (sosial). Aturan yang paling sederhana adalah dalam kasus pemungutan suara dan prosedur untuk menabulasikan suara individu dan memaju kan kerutusan kolektif. Ini lah dimensi dari mikro ke makro, sedangkan sesuatu seperti daftar calon yang di usul kan oleh kolektifitas menyangkut hubungan dari makro ke mikro.
       Coleman menyata kan, baik aktor kolektif maupun aktor individual mempunyai tujuan. Dalam struktur kolektif, seperti sebuah organisasi, aktor individual dapat mengejar tujuan pribadi mereka masing-masing yang mungkin berbeda dari tujuan kolektif. Konflik kepentingan ini membantu kita memahami sumber pemberontakan terhadap otoritas perusahaan. Hubungan dari mikro ke makro di sini meliputi berbagai cara di mana  orang melepas kan otoritas dari struktur kolektif dan memberikan legitimasi kepada orang yang terlibat dalam pemberonta kan. Tapi, juga ada hubungan dari makro kemikro dalam kondisi tingkat makro tertentu yang menyebab kan orang bertindak seperti melepas kan dan menanam modal. Sebagai teori tisi pilihan rasional, Coleman betolak dari individu dan dari gagasan bahwa semua hak dan sumberdaya ada di tingkat individual ini. Kepentingan individu menentu kan jalan nya peristiwa. Tetapai ini tak benar, terutama dalam masyarakat modrn di mana bagian terbesar hak dan sumber daya dan karena itu kedaulatan terletak di tangan aktor kolektif (Coleman, 1990:531). Dalam kehidupan modrn aktor kolektif mengambil peran yang makin penting. Aktor kolektif dapat bertindak demi keuntungan atau kerugian individu. Bagaimana cara kita menilai aktor kolektif dalam hal ini? Coleman berpendapat hanya dengan bertolak secara konseptual dari titik di mana semua kedaulatan terletak di tangan manusia individu lah terbuk peluang untuk melihat seberapa baik nya kepentingan utama mereka di sadari oleh sistem sosial yang ada.  Dalil yang menyata kan bahwa manusia individu berdaulat telah membukakan jalan bagi sosiolog untuk menilai pelaksanaan fungsi sistem sosial” (1990:531-532).
       Menurut coleman, perubahan sosial terpenting adalah muncul nya aktor korporat, sebagai pelengkap aktor “pribadi natural”. Kedua nya dapat  di anggap sebagai aktor karena ke dua nya mempunyai “pengendalian terhadap sumberdaya dan peristiwa, kepentingan terhadap sumber daya danperistiwa, mempunyai kemampuan mengambil tindakan untuk mencapai kepentingan mereka melalui pengendalian itu” (1990:542). Memang selalu ada aktor koparat, tetapi aktor kolektif lama, seperti keluarga, terus menerus di ganti kan oleh yang baru, aktor kolektif yang sengaja di bentuk. Keberadaan aktor kolektif baru ini menimbul kan masalah bagaimana cara memasti kan tanggung jawab sosial mereka. Menurut Coleman, ini dapat di lakukan dengan mengada kan reformasi internal atau dengan mengubah struktur eksternal seperti peraturan hukum yang memengaruhi aktor kolektif itu atau agen yang dapat mengatur nya.
       Coleman membeda kan antara struktur primodial berdasar kan keluargaan, seperti pertetanggaan dan kelompok ke agamaan, dan struktur yang berdasar kan tujuan tertentu, seperti organisasi ekonomi dan pemerintahan. Ia melihat kemajuan dalam “kebebasan” aktifitas yang pernah terikat bersama dalam sederetan aktor kolektif. Coleman sangat menaruh perhatian kepada kebebasan tersebut sebagai mana perhatian nya pada fakta bahwa saat ini kita dipaksa untuk berhadapan dengan posisi dalam struktur purposif dari pada berhadapan dengan mereka yang mendiami struktur primordial. Karena itu kemudian, dia menyimpul kan bahwa tujuan dari kerja nya ini adalah “ menyediakan pondasi untuk membangun struktur masyarakat yang luwes sebagai struktur primordial yang menghilang kan unsur “orang” di dalam nya” (Coleman, 1990 : 652).
                  Coleman mengecam kebanya kan teori sosial yang menyetujui pandangan yang ia sebut homo sociologi cus. Perspektif ini memusat kan perhatian pada proses sosialisasi dan keserasian terhadap individu dan masyarakat. Karena itu homososiologi cus tak mampu menjelas kan kebebasan individu untuk bertindak seperti yang mereka ingin kan walaupun paksaan di kena kan terhadap mereka. Lagi pula perspektif ini terbatas kemampuan nya untuk mengefaluasi tinda kan sistem sosial.  Sebalik nya, homo economicus, menurut Coleman,  memiliki semua kemampuan ini. Coleman menyerang teori sosial tradisional karena tak relevan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat dan tak mampu membantu kita mengetahui ke mana arah perubahan masyarakat. Teori sosiolog (maupun riset sosiologi) harus mempunyai tujuan, berperan dalam memfungsi kan masyarakat. Coleman menyokong teori sosial yang tak hanya berminat pada pengetahuan demi pengetahuan, tetapi juga “mencari pengetahuan untuk pembangunan kembali masyarakat” (1990:651).
        Pandangan Coleman tentang teori sosial berkaitan erat dengan pandangan nya tentang perubahan sifat masyarakat. Lenyap nya struktur primordial dan sosiologi merupakan pelopor untuk mengembangkan di dalam sosiologi. Pendiri teori pertukaran modrn adalah Geoorge Homans. Teori pertukaran yang beriorentasi mikro itu di ringkas dalam sejumlah kecil proposisi. Peter Blau mencoba mengembang kan teori pertukaran ke tingkat makro terutama dengan memusat kan perhatian pada peran norma. Banyak karya dalam teori pertukaran masa kini yang telah di pengaruhi olh upaya Richard Emerson untuk mengembang kan teori pertukaran integratif dengan pendekatan mikro-makro. Murid Emerson kedalam bebagai jenis bidang kajian baru.
       Salah satu masalah yang menjadi sasaran perhatian Emerson adalah jaringan sosial. Masalah ini pun menjadi sasaran studi orang yang tergolong menganut teori jaringan sosial. Meskipun banyak tumpang tindih antara teori pertukaran dan teori jaringan sosial, namun banyak teoritis jaringan sosial yang membuat analisis  diluar kerangka pemikiran teori pertukaran. Teori jaringan sosial di beda kan oleh pemusatan perhatian nya terhadap pola objektif ikatan di dalam dan di antara realitas sosial di tingkat  mikro dan makro.
        Teori pertukaran jaringan mengombinasi kan teori pertukaran dengan analisis jaringan untuk memfokus kan pada distribusi kekuasaan dalam jaringan pertukaran.  Ia melihat pada cara di mana struktur itu sendiri dapat di sebut lemah atau kuat.
       Teori pilihan rasional James Coleman berperan penting dalm pengembangan teori pertu karan, yang telah berdiri sendiri. Dengan memamfaat kan sedikit prinsip dasar yang sebagian besar berasal dari ilmu ekonomi, teori pilihan rasional di yakini akan mampu menganalisis dan menerang kan masalah tingkat mikro dan makro maupun peran yang di main kan oleh faktor tingkat mikro dalam pembentu kan fenomena tingkat makro. Jumlah penyokong teori pilihan rasional makin meningkat dalam sosiologi, namun perlawanan oleh pendukung perspektif teoritis lain pun makin meningkat.